Senin, 6 Oktober 2025

Punya Potensi Pasar yang Besar, Indonesia Jadi Motor Penggerak Ekonomi Syariah di ASEAN

Indonesia memainkan peran penting sebagai penggerak utama industri keuangan syariah di kawasan ASEAN.

dok.
MOTOR EKONOMI SYARIAH ASEAN - Mayang Ekaputri, Chief Strategy Officer Prudential Syariah di kegiatan The ASEAN Fintech Forum di Jakarta di Selasa (20/5/2025). Indonesia memainkan peran penting sebagai penggerak utama industri keuangan syariah di kawasan ASEAN karena ditopang oleh penduduk muslim terbesar diantara negara-negara lain di ASEAN dengan presentase 83 persen dari total populasi. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei memiliki penduduk Muslim yang besar, sehingga membuka peluang strategis untuk memperluas inklusi keuangan melalui solusi asuransi yang sesuai dengan prinsip syariah.

Indonesia menempati posisi paling unggul di antara tiga negara tersebut karena ditopang populasi penduduk yang 83 persen diantaranya adalah Muslim.

Hal itu membuat Indonesia memainkan peran penting sebagai penggerak utama industri keuangan syariah di kawasan ASEAN.

Memanfaatkan posisi ini, Indonesia memiliki potensi besar dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi syariah, termasuk di sektor asuransi jiwa syariah. Namun ada tantangan masih terdapat gap antara literasi dan inklusi keuangan syariah di Tanah Air.

Mengutip Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, pada tahun 2025, tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia telah mencapai 43,42 persen sementara inklusi keuangan syariah 
baru mencapai 13,41 persen.

Sementara itu, tingkat literasi asuransi nasional mencapai 45,45 persen dan tingkat inklusi asuransi 28,50 persen. 

Mengutip Laporan Kinerja Industri Asuransi Jiwa 2024 oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)2, total pendapatan kontribusi industri asuransi jiwa syariah naik 11 persen menjadi Rp22,1 triliun pada 2024. 

Sementara, total aset asuransi jiwa syariah juga meningkat menjadi Rp32,3 triliun pada 2024, dari Rp31,7 triliun pada 2023.

Adanya gap di antara literasi dan inklusi keuangan syariah maupun asuransi ini masih menyisakan pekerjaan rumah besar untuk akses layanan finansial berbasis syariah, termasuk asuransi. 

Di sisi lain, masih sekit jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki asuransi apabila dibandingkan dengan berbagai negara lain. Menurut data dari OJK, per September 2024, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia mencapai 2,8 persen.

Angka ini masih relatif lebih kecil dibandingkan beberapa negara lainnya pada 2023, seperti Malaysia yang mencapai 4,8 persen, Jepang 7,1persen, dan Singapura 11,4 persen.

Di kegiatan The ASEAN Fintech Forum di Jakarta pada Selasa (20/6/2025), Mayang Ekaputri, Chief Strategy Officer Prudential Syariah, menegaskan komitmen perusahaan dalam berkontribusi dan mendorong inklusi keuangan dan penetrasi asuransi syariah di Indonesia.

Baca juga: Indonesia Siap Jadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia, Pemerintah Genjot Sektor Halal

Dia mengatakan, Prudential Syariah telah menjadi entitas terpisah asuransi jiwa syariah sejak tiga tahun lalu dan turut memberikan kontribusi ekonomi untuk Indonesia maupun di ASEAN.

"Kami memiliki misi kuat untuk menjadi mitra yang amanah untuk memperluas akses terhadap layanan proteksi berbasis syariah, serta mendorong pertumbuhan yang inklusif, salah satunya bagi
kelompok rentan seperti perempuan dan pelaku UMKM di Indonesia," ujarnya dikutip Senin, 26 Mei 2025

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved