Penyakit Kritis Melonjak Tajam, Asuransi Syariah Dibutuhkan untuk Manajemen Risiko dan Lindungi Aset
Di Indonesia, kasus penyakit kritis meningkat drastis hingga 28 persen hanya dalam satu tahun, dari 23 juta kasus pada 2022 menjadi 29 juta pada 2023.
Santunan dari asuransi juga dapat menjadi sumber likuiditas penting untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dan keluarga atau mempersiapkan peninggalan berharga untuk keluarga.
Vivin menjelaskan, asuransi syariah memperkuat keyakinan bahwa kekayaan bukan sekadar untuk dinikmati, tetapi juga harus dijaga dan dikelola sehingga bisa diberikan kepada generasi berikutnya dengan tanggung jawab moral.
"Menyiapkan proteksi saat ini berarti memberi ruang bagi ketenangan di masa depan. Karena dalam hidup, keberhasilan bukan hanya tentang mengumpulkan, tetapi juga menjaga, merawat, dan meneruskan apa yang telah dibangun. Dan asuransi syariah hadir sebagai ikhtiar untuk menjaga amanah dalam melindungi diri dan keluarga," ujarnya.
Dia menambahkan, inisiatif mencegah selalu lebih baik danpada mengobati, termasuk dalam mengelola keuangan.
"Dengan asuransi, khususnya asuransi syariah, kita melindungi diri dari kerugian besar yang tak terduga, menjaga aset tetap aman, dan memberikan ketenangan jiwa untuk keluarga," ungkap Vivin.
Manfaatkan Teknologi Analisis Data, Industri Asuransi Sepakati Kerjasama dengan Kemenkes |
![]() |
---|
Inovasi Zakat Ramah Lingkungan BSI Dapat Pengakuan di Ajang KGIA 2025 |
![]() |
---|
Pimpinan BAM DPR Minta Aplikator Tidak Memberatkan Pengemudi Ojol dengan Kewajiban Asuransi Berlapis |
![]() |
---|
IAS 2025 Kupas Profil Risiko Asuransi Kredit Hingga Fraud Klaim oleh Nasabah Nakal |
![]() |
---|
Kronologi Perampokan di BPR Syariah Purbalingga, Eks Karyawan dan Satpam Ambil Uang Rp31 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.