Perajut Harapan dari Jarum Jahit ke Limbah Kayu Jati, Karya Bien Craft Solo
Limbah kayu jati bagi seorang Bu Bien menjadi barang berguna dan bernilai tinggi penuh nilai karya seni
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Di tengah denting tawa anak-anak dan nyala lampu warna-warni pasar malam Ngarsopuro, Solo, tampak seorang perempuan duduk tenang.
Tangannya cekatan mengelus permukaan sebuah vas mungil dari kayu jati. Bukan sekadar kerajinan, benda itu menyimpan kisah perjuangan panjang, ketekunan, dan cinta.
Namanya Liem Lie Bien, tapi banyak yang mengenalnya hanya sebagai Bu Bien.
Dari lapak kecil bernomor 08, ia menyulam harapan dari serpihan-serpihan kayu yang nyaris terlupakan.
Di antara hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, Bien Craft, merek usaha yang ia rintis sendiri, menjadi oase seni dan kearifan lokal.
Namun, kisah ini tidak dimulai dari sini. Dulu, Bu Bien hanyalah seorang penjahit biasa.
Jarumnya tajam, tangannya lincah, tapi hatinya sering tercabik oleh desakan pelanggan yang tak mau bersabar hanya untuk mengantre.
Ia mulai lelah. Menjahit yang dulu ia cintai, lambat laun menjadi beban.
Tapi ia tak menyerah. Di sela kesibukan menjahit, ia mulai mencipta.
Tas bordir, pouch kecil, hingga gantungan kunci adalah karyanya. Tangannya terus berkarya, meski hatinya masih gamang.
Lalu, pada tahun 2019, secercah cahaya datang. Ia mengikuti Lomba Cipta Kriya Oleh-oleh khas Surakarta.
Dengan penuh harap, ia kirimkan tas batik dan gantungan kunci dari limbah kayu jati. Tak disangka, ia menyabet juara dua.
"Itu momen yang mengubah segalanya," ceritanya yang nenjadi mula kelahiran Bien Craft, saat berbincang dengan Tribunnews pada Sabtu (29/3/2025).
Pilihan Bu Bien jatuh pada limbah kayu jati. Bukan karena mudah, justru karena tantangannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.