Senin, 29 September 2025

Wamen Lingkungan Hidup Diaz Ungkap Asing Tidak Ingin Industri Sawit RI Kuat

Ombudsman melihat perlunya mengoptimalkan kelapa sawit, apalagi pemerintah memiliki kebutuhan dengan program biodieselnya.

Tribunnews.com/Yanuar Nurcholis Majid
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono. Tantangan di industri sawit selain datang dari dalam negeri, tapi juga dari pihak asing. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono melihat tantangan industri sawit tidak hanya datang dari dalam negeri. 

Tapi, juga datang dari pihak-pihak 'asing' yang tidak ingin Indonesia maju di industri sawit.

Diaz saat berbicara di Ombudsman menekankan kebijakan berkaitan dengan sawit harus berpihak ke masyarakat. Jika ada aturan yang tumpang tindih maka harus dibenahi dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. 

Kemudian, Diaz juga menyoroti tantangan di industri sawit selain datang dari dalam negeri, tapi juga dari pihak asing.

"Pihak-pihak tertentu tidak ingin kita kuat di dalam hal sawit. Khususnya pihak-pihak barat, pastinya nanti akan melakukan sesuatu untuk mungkin memblok sawit kita lagi atau apalah namanya gitu ya," ujar Diaz di Kantor Ombudsman, Jakarta, Senin (18/11/2024).

Baca juga: Ombudsman RI Ungkap Negara Bisa Kantongi Pendapatan Rp279,1 Triliun dari Sawit, Tapi Syaratnya Ini

Selain itu, kata Diaz, tantangan serupa juga dihadapi ketika Presiden Prabowo Subianto menggagas program swasembada pangan dan energi dengan target pada 2028.

"Ancamannya itu asing. Jadi pasti pihak-pihak asing ini yang akan mengganggu terus. Bahwa mereka tidak senang kalau melihat kita kuat," tutur Diaz.

Diaz berujar, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mewujudkan swasembada pangan dan energi, termasuk membesarkan industri sawit di Indonesia.

"Kita punya Presiden yang sangat mendukung dan sangat kuat ingin Indonesia lebih mandiri," ujarnya.

Sebelumnya, Ombudsman mencatat potensi kerugian akibat turunnya produktivitas sawit di Indonesia. Jumlahnya bahkan mencapai Rp 111,6 triliun. 

Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika menekankan, saat ini belum ada integrasi kebijakan antara kebijakan perkebunan dengan kebijakan lingkungan hidup.

Padahal, untuk mencapai optimalisasi produksi perkebunan kelapa sawit harus diimbangi dengan upaya menjaga kelesterian lingkungan hidup

Potensi kerugian karena terhambatnya proses land application berasal dari peran dalam meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi penggunaan bubuk kimia.

"Total peningkatan produktivitas karena land application ini masih bervariasi dan masih dalam proses keajian," ujar Yeka di Jakarta, Senin (18/11/2024).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan