Polusi Udara Memprihatinkan, Erick Thohir Ungkap Jurus BUMN Tekan Pencemaran Udara
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyoroti buruknya kualitas udara di sejumlah wilayah di Indonesia.
Penulis:
Bambang Ismoyo
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyoroti buruknya kualitas udara di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dalam beberapa waktu belakangan, polusi udara menjadi topik hangat yang diperbincangkan masyarakat.
Erick pun mengatakan, pihaknya yakni Kementerian BUMN bersama perusahaan-perusahaan pelat merah telah melakukan berbagai upaya dalam menekan tingkat pencemaran polusi udara.
Baca juga: Masih Ada Petani yang Belum Dapat Pupuk Subsidi, Wamen BUMN Sebut Masalahnya di Data Penerima
"Ada 2 yang kita sekarang sedang fokus. Satu, energi terbarukan. Yang kedua, kita terus mendorong isu dari pada polusi udara dengan yang namanya EV (electric vehicle) atau Kendaraan Listrik sebagai ekosistem," ucap Erick dalam pernyataannya di media sosial pribadinya, Rabu (8/11/2023).
Ia mengungkapkan, sejumlah upaya yang dilakukan untuk menekan pencemaran udara adalah memaksimalkan energi terbarukan seperti tenaga surya, air, hingga angin.
Pemerintah juga telah mengeluarkan aturan terkait waduk atau bendungan akan dipasang panel surya untuk mendapat pasokan listrik.
Selain itu, pembangkit listrik berbasis hidro juga akan dimaksimalkan. Daerah yang berpotensi besar dan tengah dikembangkan seperti Kalimantan dan Papua.
"Jadi nanti waduk-waduk di Indonesia akan ditaruh solar-solar panel buat matahari, sehingga kita bisa menciptakan listrik hijau," papar Erick.
"Belom lagi potensi listrik dari tenaga air. Ini ada di Kalimantan Papua, ini juga potensi yang luar biasa. Sehingga turunnya ketika kita bicara listrik hijau, nanti akan ada ekonomi hijau," lanjutnya.
Baca juga: Lowongan Kerja BUMN PT Kliring Berjangka Indonesia untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya
Sementara, pengembangan energi hijau seperti implementasi bahan bakar minyak fosil yang dicampur dengan biofuel (campuran minyak nabati) terus dilakukan.
"Tetapi enggak cukup itu yang bisa kita dorong ke depan, selain kelapa sawit tapi juga gula, kita memfokuskan gula-gula kita untuk sebagai produksi gula makan, tetap ke depan pelan-pelan jadi biofuel," pungkas Erick.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.