Akademisi Setuju Fokus Pemerintah Kuatkan Satu Data Beras Nasional
Data beras nasional terdiri dari produksi, stok dimiliki pemerintah di Bulog, stok beras yang dimiliki petani, konsumen, penggilingan dan pedagang.
Laporan Wartawan Tribunnews, Erik Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Saat peninjauan operasi pasar beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan, kebijakan impor beras harus melihat produksi dalam negeri.
Erick menyebut program impor tidak bisa berjalan sendiri dengan mengabaikan produksi dalam negeri. Erick menilai hal ini acapkali menimbulkan area abu-abu yang dimanfaatkan oknum yang ingin mencari keuntungan sesaat.
"Jadi saya terus mendorong impor dan produksi harus satu data, tidak boleh beda data, kasian rakyat, kasian petani, kalau 'pemainnya' begitu-begitu saja selalu cari uang cepat, nah ini harus diberantas. Sudah waktunya kita berantas mereka," ucap Erick.
Baca juga: Beras Super di Jabodetabek per 5 Oktober Stabil di Harga Rp17.850, Beras Medium Dijual Rp15.500
Guru Besar IPB, Dwi Andreas Santosa sependapat dengan ide Menteri Erick mengenai satu data ketika pemerintah hendak mengambil keputusan mengenai impor beras.
Diakui Ketua Umum AB2TI (Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia), selama ini dalam melakukan impor beras, pemerintah memiliki pertimbangan tertentu.
Namun kerap kali ketika kebijakan impor yang dibuat pemerintah salah baik itu waktu maupun jumlah. Andreas menilai keputusan impor beras harusnya diputuskan di bulan Agustus setelah tau perkiraan produksi beras.
“Pemerintah seharusnya memiliki data stok beras nasional selama 3 bulan. Data beras nasional terdiri dari produksi, stok yang dimiliki pemerintah di Bulog, stok beras yang dimiliki petani, konsumen, penggilingan dan pedagang. Jika pemerintah memiliki data yang presisi mengenai stok beras nasional, diharapkan pemerintah memiliki perencanaan yang baik dalam melakukan impor beras. Tata kelola impor beras harus diperbaiki sehingga tak merugikan petani,”terang Andreas, Rabu (5/10/2023).
Berdasarkan data yang dimiliki Andreas menyebutkan harga beras dari Juni 2022 hingga September 2023 terus mengalami peningkatan.
Rata-rata dari periode tersebut kenaikannya sudah mencapai 19,6 persen. Kenaikan harga beras ini dinilai Andreas masih dapat diterima dan tidak memberatkan beban masyarakat.
Jika melihat harga beras ditingkat petani periode Juni 2022 hingga September 2023 sudah mengalami kenaikan 50,4%. Kenaikan harga gabah kering panen di periode yang sama mengalami kenaikan 83,6%.
Dampak cuaca ekstrem saat ini dinilai Andreas akan mempengaruhi penurunan produksi padi di Indonesia sebesar 5% atau setara 1,5 juta ton beras.
Dengan beras impor yang sudah masuk sebesar 1,6 juta ton, 400 ribu ton yang belum masuk dan sisa impor tahun lalu 300 ribu ton, Andreas menilai stok beras di Indonesia saat ini sangat cukup hingga panen raya tahun 2024.
Andreas menduga kenaikan harga beras yang saat ini terjadi di pasar akibat kepanikan di pasar.
“Kenaikan harga beras yang saat ini terjadi tidak perlu kita khawatirkan. Saat ini petani tengah menikmati harga gabah kering panen yang sangat baik. Survei AB2TI tahun lalu harga gabah kering panen hanya Rp 5.667 per kilogram. Saat ini harga gabah kering panen mencapai Rp 7500 perkilogram," kata dia.
Belum Genap Setahun Menjabat, Prabowo 3 Kali Reshuffle Kabinet, Ini Daftar Menteri yang Diganti |
![]() |
---|
Populer Nasional: Bongkar Pasang Kabinet Prabowo - Dugaan Perselingkuhan Irjen Krishna Murti |
![]() |
---|
5 Fakta Erick Thohir Resmi Jadi Menpora: Soal Status Ketum PSSI, Pegawai Kemenpora Ungkap Tantangan |
![]() |
---|
Erick Thohir Jadi Menpora, Football Institute: AFC Bakal Memandangnya Bukan Cuma Sebagai Ketua PSSI |
![]() |
---|
Erick Thohir Gerak Cepat, Para Mantan Menpora Dikumpulkan Susun Arah Olahraga 2045 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.