Langkah Praktis Pasang PLTS, Solusi Ramah Lingkungan dengan Energi Surya
PLTS hadir sebagai solusi energi bersih dan efisien di Indonesia, didukung potensi matahari yang besar, efisiensi biaya, dan regulasi pemerintah.
TRIBUNNEWS.COM - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi utama. SUN Energy, sebagai pengembang energi surya terkemuka di Indonesia, menyediakan solusi terintegrasi mulai dari perencanaan, instalasi, hingga pemeliharaan untuk rumah tangga, bisnis, dan industri. Salah satu komponennya, panel surya, berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi listrik yang bisa dipakai di berbagai sektor.
Proyeksi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut konsumsi listrik Indonesia akan mencapai 430 terawatt-jam (TWh) pada 2025. Angka ini sebagian besar disumbang oleh sektor industri dan rumah tangga. Lonjakan kebutuhan listrik tentu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi jika seluruhnya hanya dipenuhi oleh energi fosil, maka emisi karbon dan polusi udara juga akan meningkat drastis. Di titik inilah PLTS berperan penting sebagai solusi hemat energi sekaligus ramah lingkungan.
Mengapa PLTS Semakin Diminati di Indonesia?
Pertumbuhan PLTS di Indonesia bukanlah tren sesaat, melainkan didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, Indonesia berada di garis khatulistiwa yang menerima paparan sinar matahari melimpah sepanjang tahun. Rata-rata potensi radiasi mencapai 4,8 kWh/m⊃2; per hari, menjadikannya salah satu negara dengan cadangan energi surya terbesar di dunia.
Baca juga: Desa Energi Berdikari di Karawang Tingkatkan Ekonomi Petani lewat Pemanfaatan PLTS
Kedua, faktor ekonomi. Dengan memasang PLTS, pengguna bisa menurunkan tagihan listrik hingga 40 persen tergantung kapasitas sistem yang digunakan. Pada skala industri, penghematan bahkan bisa mencapai miliaran rupiah per tahun. Tak heran bila banyak perusahaan mulai memandang PLTS sebagai investasi jangka panjang yang tidak hanya menguntungkan dari sisi finansial, tetapi juga meningkatkan daya saing bisnis.
Ketiga, dukungan regulasi pemerintah semakin jelas. Melalui RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2021–2030, ditargetkan pembangunan pembangkit baru sebesar 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034. Dari jumlah tersebut, sekitar 76 persen akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Untuk energi surya sendiri, kapasitas yang direncanakan mencapai 17,1 GW. Salah satu fokusnya adalah pengembangan PLTS Atap dengan target 1 GW kapasitas terpasang pada 2025. Hingga pertengahan tahun ini, realisasinya sudah mencapai 538 MW, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memasang PLTS
Meskipun prospeknya menarik, instalasi PLTS tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa hal mendasar yang perlu diperhitungkan. Lokasi dan intensitas cahaya matahari menjadi faktor utama, sebab sistem PLTS akan bekerja optimal di area dengan paparan sinar penuh sepanjang hari.
Selain itu, kapasitas yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan listrik. Rumah tangga biasanya membutuhkan kapasitas 1–10 kWp, sementara gedung komersial dan pabrik bisa memerlukan kapasitas ratusan kWp hingga lebih dari 1 MWp.
Pemilik bangunan juga perlu mempertimbangkan model pembiayaan yang ditawarkan oleh pengembang proyek PLTS, apakah membeli sistem secara penuh atau memanfaatkan skema sewa/Performance-Based Rental (PBR) yang kini semakin populer karena tidak membutuhkan investasi awal yang besar.
Baca juga: Dorong Transisi Energi, Keramba Nelayan di Danau Ranu Pasuruan Jatim Dipasang PLTS
Proses Pemasangan PLTS
Memasang PLTS tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi melalui serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Tahap pertama dalam memasang PLTS adalah memilih pengembang proyek PLTS (solar developer) yang terpercaya. Peran solar developer sangat penting karena mereka menangani seluruh proses mulai dari perencanaan, perizinan, instalasi, hingga pemeliharaan. Pengembang berpengalaman biasanya juga memberikan studi kelayakan, simulasi kebutuhan listrik, serta proyeksi penghematan energi dalam jangka panjang.
Setelah solar developer ditunjuk, akan dilakukan survei lokasi dan analisis kebutuhan listrik. Tim teknis akan mengevaluasi kondisi atap atau lahan, menghitung paparan sinar matahari, serta menyesuaikan kapasitas sistem dengan kebutuhan konsumsi listrik. Dari hasil survei, solar developer kemudian menyusun desain sistem yang tepat, termasuk jumlah panel, kapasitas inverter, hingga opsi penyimpanan energi jika diperlukan.
Tahap berikutnya adalah desain teknis dan perencanaan detail. Di sini, solar developer menyiapkan rancangan instalasi, estimasi produksi energi bulanan, dan rencana integrasi dengan jaringan listrik nasional (apabila pemilik bangunan memilih PLTS dengan sistem on-grid atau terhubung dengan jaringan listrik nasional).
Selanjutnya masuk ke tahap instalasi fisik. Solar developer akan memasang panel surya, inverter, kabel, serta integrasi sistem monitoring yang memungkinkan pemilik memantau produksi listrik secara real time. Untuk rumah tangga, pemasangan biasanya selesai dalam 2-4 minggu, sementara untuk proyek di sektor komersial dan industri bisa memakan waktu 2-4 bulan, tergantung kompleksitas dan kapasitas PLTS yang telah ditentukan.
Tahap terakhir adalah uji coba (commissioning) dan serah terima sistem. Solar developer memastikan semua komponen bekerja sesuai standar, sistem monitoring berfungsi dengan baik, dan instalasi aman digunakan. Selain itu, pemasangan PLTS Atap juga wajib mendapatkan izin atau kuota dari PLN, yang saat ini dibuka secara berkala setiap bulan Januari dan Juli. Setelah seluruh proses ini selesai, PLTS siap beroperasi dan menghasilkan listrik dari sinar matahari setiap hari.
Kesimpulan
PLTS bukan hanya teknologi, melainkan solusi strategis di tengah kebutuhan energi yang terus meningkat. Dengan potensi sinar matahari yang melimpah di Indonesia, biaya instalasi yang semakin terjangkau, serta dukungan pemerintah yang kuat, PLTS hadir sebagai jawaban untuk hemat energi, ramah lingkungan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Sumber:
https://listrikindonesia.com/detail/16449/permintaan-listrik-indonesia-naik-diperkirakan-capai-430-twh-pada-2025
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/matahari-untuk-plts-di-indonesia
https://ekonomi.bisnis.com/read/20250902/44/1908037/esdm-bidik-1-gw-plts-atap-terpasang-tahun-ini
https://gatrik.esdm.go.id/assets/uploads/download_index/files/b967d-ruptl-pln-2025-2034-pub-.pdf
Baca juga: PLTS Atap Bisa Hasilkan 1,1 Juta KWH Energi Listrik, Kini Dipasang di Pabrik Daerah Prambanan Jateng
Transisi Energi Indonesia Terganjal Minimnya SDM Terampil di Sektor Energi Terbarukan |
![]() |
---|
Rental Panel Surya Bakal Diluncurkan Demi Dukung Program Transisi Energi, Berapa Tarifnya? |
![]() |
---|
Pemanfaatan Energi Surya dan Teknologi Rumah Pintar Didorong untuk Pembangunan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Bakal Garap Proyek Energi Surya, SUN Energy Gaet Pembiayaan 10 Juta Dolar dari SMBC |
![]() |
---|
Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Jadi Kunci Percepatan Adopsi Energi Surya di RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.