Selasa, 30 September 2025

Kolaps dalam 48 Jam, Inilah Sederet Fakta Runtuhnya Silicon Valley Bank

Silicon Valley Bank mengalami pembengkakan kerugian mencapai 80 miliar dolar AS pada Rabu (9/3/2023).

The Information
Silicon Valley Bank 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Ancaman krisis finansial kembali menghantui pasar Amerika Serikat setelah salah satu layanan keuangannya yakni Silicon Valley Bank (SVB) mengalami kebangkrutan hanya dalam 48 jam terakhir.

Krisis modal yang dialami Silicon Valley Bank terjadi buntut dari sikap agresif the Fed yang terus menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi.

Dalam setahun terakhir The Fed telah mengerek kebijakan moneternya hingga suku bunga naik mencapai 450 basis point.

Tekanan ini yang membuat Silicon Valley Bank mengalami krisis modal lantaran para klien mulai menarik uang untuk memenuhi kebutuhan likuiditas mereka.

SVB kemudian mengalami pembengkakan kerugian mencapai 80 miliar dolar AS pada Rabu (9/3/2023).

Krisis ini bahkan menjadikan SVB menjadi lembaga keuangan di AS kedua yang mengalami kebangkutan.

Sejarah Silicon Valley Bank

Didirikan pada 1983, Silicon Valley Bank merupakan salah satu perbankan pemberi pinjaman yang berfokus pada bisnis startup teknologi terbesar di Amerika.

Bank yang berpusat di Santa Clara, California, ini juga menawarkan layanan perbankan online, pembayaran, deposito, dan layanan pencegahan penipuan serta layanan investasi dan solusi kredit.

Baca juga: Kebangkrutan Silicon Valley Bank Seret Kripto USDC, Nilainya Anjlok Tajam

Sebelum mengalami kebangkrutan SVB termasuk di antara 20 bank komersial Amerika teratas.

Namanya yang melejit di antara perbankan di AS lainnya membuat perbankan ini membuka lebih dari 29 kantor yang tersebar di Amerika Serikat, India, Inggris, Israel, Kanada, Cina, Jerman, Hong Kong, Irlandia, Denmark, dan Swedia.

Baca juga: Saham di Wall Street Kompak Anjlok, Terdampak Kebangkrutan Silicon Valley Bank

Total aset yang dimiliki SVB pada akhir tahun 2022 lalu melesat mencapai 209 miliar dolar AS, seperti yang dikutip dari CNN International.

SVB Gagal Cegah Rush Money

Sayangnya sikap agresif The Fed perlahan meredupkan popularitas SVB sebagai layanan pemberi pinjaman, kenaikkan laju suku bunga yang awalnya dianggap sebagai cara cepat untuk menekan inflasi di kisaran dua persen.

Justru telah membuat simpanan likuiditas Silicon Valley Bank terkikis lantaran permintaan konsumen untuk melakukan pinjaman mengalami penyusutan ditengah meningkatnya aksi rush bank atau penarikan uang secara massal.

Baca juga: Silicon Valley Bank Kolaps, Semua Operasi Resmi Ditutup

“Kondisi SVB memburuk begitu cepat sehingga tidak bisa bertahan hanya lima jam lagi, imbas dari penarikan uang yang dilakukan deposannya sehingga bank bangkrut, dan penutupan intraday tidak dapat dihindari karena bank run klasik,” ujar tulis CEO organisasi nirlaba Better Markets, Dennis M. Kelleher.

Saham Anjlok, Nasabah Modal Ventura Panik

Usai SVB ditutup akibat mengalami krisis, indeks Dow Jones Industrial Average dilaporkan mengalami penurunan sebanyak 345,22 poin atau 1,07 persen menjadi 31.909,64.

Disusul kemerosotan nilai saham Nasdaq Composite yang amblas 199,47 poin atau 1,76 persen menjadi 11.138,89. Sementara indeks saham S&P 500 kehilangan 56,64 poin atau 1,45 persen hingga nilainya berakhir di kisaran 3.861,78.

Penurunan serupa juga terjadi pada 11 sektor industri S&P 500 seperti Real estate yang anjlok 3,3 persen. Serta indeks saham consumer staples yang turun 0,5 persen dan indeks keuangan S&P 500 menyusut 1,8 persen pada penutupan pasar di hari Jumat (10/3/2023).

Kebangkrutan SVB juga memicu kepanikan para nasabah modal ventura. Terpantau usai pengumuman kolaps dirilis, sejumlah nasabah memenuhi kantor pusat SVB untuk mendapat jawaban atas kemampuan perusahaan dalam membayar dan menutupi kerugian.

"Dasbor klien rusak, Akses ke uang tunai kami ditutup dan itu adalah masalah terbesar bagi sebagian besar perusahaan di sini. Jika Anda seorang pemula, uang tunai adalah raja. Uang tunai dan alur kerja, untuk dapat memiliki landasan sangat penting, Namun SBV " kata Dean Nelson, CEO Cato Digital sekaligus nasabah SBV saat ditemui di kantor SVB di Santa Clara California .

FDIC Turun Tangan

Sebelum bangkrut, bank yang berfokus pada startup ini sempat berencana untuk meluncurkan penjualan saham senilai 1,75 miliar dolar AS untuk menopang neraca perdagangannya yang terkikis.

Namun secara mengejutkan saham perusahaan mendadak susut sebanyak 60 persen. Penurunan saham itu bahkan membuat Silicon Valley Bank mengalami pembengkakan kerugian mencapai 80 miliar dolar AS.

Kolapsnya SVB menjadi alarm bahaya bagi ekonomi AS, khawatir ancaman ini akan semakin meluas dan berdampak negatif bagi semua sektor mendorong Lembaga Penjamin Simpanan di Amerika Serikat atau federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk ikut turun tangan.

Setelah lembaga ini menutup semua layanan SVB, FDIC rencananya akan menjual aset dan pembayaran dividen yang dimiliki SVB sehingga perusahaan dapat mengembalikan deposan pada para nasabah yang terdampak dalam waktu dekat.

“Kami akan menjual deposan yang tidak diasuransikan sebagai dividen di muka yang akan dilakukan dalam minggu depan,” ujar FDIC.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved