Senin, 29 September 2025

IMF Sarankan The Fed Terus Kerek Suku Bunga Sampai Inflasi AS Mereda

IMF menyarankan kepada The Fed agar terus mengambil langkah hawkish dengan menaikkan laju suku bunga sampai inflasi di AS mereda.

Chatham House
Ilustrasi logo Dana Moneter Internasional [IMF]. IMF menyarankan kepada bank sentral Amerika Serikat, The Fed, agar terus mengambil langkah hawkish dengan menaikkan laju suku bunga sampai inflasi di AS mereda. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan kepada bank sentral Amerika Serikat, The Fed, agar terus mengambil langkah hawkish dengan menaikkan laju suku bunga sampai inflasi di negeri Paman Sam itu mereda.

Menurut Gopinath, penting bagi The Fed untuk terus mempertahankan kebijakan moneter yang ketat hingga laju inflasi di Amerika dapat stabil di kisaran 2 persen seperti yang telah diproyeksikan bank sentral AS sebelumnya.

“Inflasi di Amerika Serikat belum mereda dan masih terlalu dini bagi Federal Reserve untuk mengakhiri suku bunga di Negeri Paman Sam.” wakil direktur pelaksana IMF Dr. Gita Gopinath seperti yang dikutip dari Straitstimes.

Meningkatnya biaya pangan dan tagihan listrik di Amerika selama setahun terakhir telah memicu munculnya lonjakan laju inflasi, hingga melesat ke level tertinggi dalam 41 tahun terakhir yakni  di kisaran 9,1 persen pada Juni 2022 lalu.

Kenaikan ini yang kemudian mendorong The Fed untuk memperketat kebijakan suku bunga selama tujuh bulan berturut-turut, dimulai dari Maret lalu dimana The Fed mengumumkan kenaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Kemudian di bulan Mei 2022 The Fed kembali memperketat kebijakan dengan membawa suku bunga ke kisaran 50 basis poin.

Baca juga: The Fed Beri Sinyal Hawkish, Suku Bunga AS di 2023 Bakal Dikerek di Atas 5 Persen

Melanjutkan kenaikkan di bulan sebelumnya selama Juni, Juli, September, dan November The Fed kembali memacu suku bunga dengan masing–masing kenaikkan sebanyak  75 persen.

Sayangnya, pada risalah di tanggal 13 sampai 14 Desember kemarin, The Fed mengerek turun laju suku bunga jadi 50 basis poin, meski pengetatan moneter ini masih dianggap tinggi oleh para pelaku pasar hingga membuat pergerakan saham di bursa Wall Street mencatatkan rapor merah di akhir tahun 2022.

Baca juga: IMF: Ekonomi Global Bakal Hadapi Tahun yang Lebih Sulit di 2023

Namun menurut IMF pelonggaran yang diambil The Fed dapat memperlambat pemulihan ekonomi di Amerika, alasan ini yang kemudian membuat IMF makin was- was apabila nantinya di pertemuan selanjutnya The Fed akan mengambil sikap dovish.

Mengingat perjuangan AS untuk melawan tekanan harga di pasar global masih terlalu panjang, The Fed perlu menyeimbangkan perjuangannya melawan tekanan harga untuk mengurangi resiko perlambatan ekonomi.

Baca juga: Bursa Wall Street Kembali Catatkan Penurunan Imbas Sikap Hawkish The Fed

Berbeda dengan Amerika, IMF justru memproyeksikan apabila ekonomi China akan rebound di akhir tahun ini, meski di awal 2023 ekonomi China terperosok jatuh akibat lonjakan Covid-19 .

Prediksi ini dikontrakan IMF setelah beberapa operasi di manufaktur di China mulai memulih usai pelonggaran nol- Covid yang dilakukan oleh XI jinPing sejak awal Desember 2022.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan