IMF Sarankan The Fed Terus Kerek Suku Bunga Sampai Inflasi AS Mereda
IMF menyarankan kepada The Fed agar terus mengambil langkah hawkish dengan menaikkan laju suku bunga sampai inflasi di AS mereda.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan kepada bank sentral Amerika Serikat, The Fed, agar terus mengambil langkah hawkish dengan menaikkan laju suku bunga sampai inflasi di negeri Paman Sam itu mereda.
Menurut Gopinath, penting bagi The Fed untuk terus mempertahankan kebijakan moneter yang ketat hingga laju inflasi di Amerika dapat stabil di kisaran 2 persen seperti yang telah diproyeksikan bank sentral AS sebelumnya.
“Inflasi di Amerika Serikat belum mereda dan masih terlalu dini bagi Federal Reserve untuk mengakhiri suku bunga di Negeri Paman Sam.” wakil direktur pelaksana IMF Dr. Gita Gopinath seperti yang dikutip dari Straitstimes.
Meningkatnya biaya pangan dan tagihan listrik di Amerika selama setahun terakhir telah memicu munculnya lonjakan laju inflasi, hingga melesat ke level tertinggi dalam 41 tahun terakhir yakni di kisaran 9,1 persen pada Juni 2022 lalu.
Kenaikan ini yang kemudian mendorong The Fed untuk memperketat kebijakan suku bunga selama tujuh bulan berturut-turut, dimulai dari Maret lalu dimana The Fed mengumumkan kenaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Kemudian di bulan Mei 2022 The Fed kembali memperketat kebijakan dengan membawa suku bunga ke kisaran 50 basis poin.
Baca juga: The Fed Beri Sinyal Hawkish, Suku Bunga AS di 2023 Bakal Dikerek di Atas 5 Persen
Melanjutkan kenaikkan di bulan sebelumnya selama Juni, Juli, September, dan November The Fed kembali memacu suku bunga dengan masing–masing kenaikkan sebanyak 75 persen.
Sayangnya, pada risalah di tanggal 13 sampai 14 Desember kemarin, The Fed mengerek turun laju suku bunga jadi 50 basis poin, meski pengetatan moneter ini masih dianggap tinggi oleh para pelaku pasar hingga membuat pergerakan saham di bursa Wall Street mencatatkan rapor merah di akhir tahun 2022.
Baca juga: IMF: Ekonomi Global Bakal Hadapi Tahun yang Lebih Sulit di 2023
Namun menurut IMF pelonggaran yang diambil The Fed dapat memperlambat pemulihan ekonomi di Amerika, alasan ini yang kemudian membuat IMF makin was- was apabila nantinya di pertemuan selanjutnya The Fed akan mengambil sikap dovish.
Mengingat perjuangan AS untuk melawan tekanan harga di pasar global masih terlalu panjang, The Fed perlu menyeimbangkan perjuangannya melawan tekanan harga untuk mengurangi resiko perlambatan ekonomi.
Baca juga: Bursa Wall Street Kembali Catatkan Penurunan Imbas Sikap Hawkish The Fed
Berbeda dengan Amerika, IMF justru memproyeksikan apabila ekonomi China akan rebound di akhir tahun ini, meski di awal 2023 ekonomi China terperosok jatuh akibat lonjakan Covid-19 .
Prediksi ini dikontrakan IMF setelah beberapa operasi di manufaktur di China mulai memulih usai pelonggaran nol- Covid yang dilakukan oleh XI jinPing sejak awal Desember 2022.
97 Platform Pinjol Tolak Tuduhan Permufakatan Batas Maksimum Suku Bunga |
![]() |
---|
Analis: Bunga Turun Saja Tak Cukup, Perbankan Harus Cerdas Kelola Dana |
![]() |
---|
Cek Endra Dorong Transformasi Batubara Bersih untuk Transisi Energi Gradual dan Stabilitas Ekonomi |
![]() |
---|
Pergantian Menkeu dari Sri Mulyani ke Purbaya, Guru Besar FEB UI Ingatkan Hal Ini ke Investor |
![]() |
---|
6 Jenis Investasi Aman dan Mudah untuk Perintis, Pemula Bisa Ikuti Tips Berikut Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.