Sabtu, 4 Oktober 2025

Outlook 2023

Segara Institute: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Cerah di Tahun Politik 

Dosen Perbanas Institute ini menegaskan isu krisis global tahun depan juga tidak akan banyak berdampak terhadap perekonomian.

Penulis: Reynas Abdila
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengunjung melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (30/12/2022). Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai tahun politik 2023 tidak akan mengganggu proses pemulihan ekonomi. 

"Kita (pengusaha) memang memandang uncertainty (ketidakpastian) yang masih sangat tinggi. Tapi kami yakin kalau pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5 persen, pasti," ujar dia.

Apindo juga menegaskan bahwa Indonesia tidak akan masuk jurang resesi karena ekonomi Indonesia bisa tumbuh positif di tengah ancaman global.
Hanya saja, Apindo mencermati bahwa inflasi sudah meningkat dalam tahap yang cukup cepat.

Apabila tidak dikontrol maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat, mempengaruhi kapasitas produksi sektor riil sehingga inflasi perlu dikendalikan.

"Permintaan yang terkait dengan lifestyle seperti tekstil, garmen, alas kaki dan furniture atau yang terkait dengan non pangan dropnya sangat besar," ungkapnya.

Ramalan Positif Lembaga Dunia

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa lembaga keuangan dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun politik tidak akan gelap.

Berbagai lembaga dunia itu di antaranya Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (World Bank), Bank Pembangunan Asia (ADB).

Baca juga: DT PP Persis Prediksi Kondisi Perekonomian Indonesia 2023 Masih Diselumuti Ketidakpastian

"Mereka memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita antara 4,7 sampai 5,1 (persen) di tahun depan,” ujar Menko Perekonomian.

Ia menjelaskan proyeksi tersebut didasarkan pada peningkatan penanganan risiko Covid-19 dan percepatan vaksinasi yang relatif baik.
Selain itu, APBN fiskal juga berfungsi sebagai shock absorber, harga-harga komoditas yang tinggi, dan sukses presidensi G20 yang meningkatkan kredibilitas Indonesia di pasar internasional.

“Kemudian yang kedua, tentu kita memperhatikan lingkungan geopolitik global, inflasi global, scarring effect terhadap inflasi, kemudian cuaca ekstrem, dan terkait dengan inflasi,” tambahnya.

Airlangga memperkirakan inflasi dapat terkendali di angka 5,34 sampai 5,5 persen sampai akhir tahun. 

Sebelumnya, inflasi Indonesia tercatat di angka 5,9 persen, 5,72 persen, dan terakhir 5,34 persen.

“Tentu ini yang harus kita perhatikan, dari segi outlook dunia global diperkirakan dari berbagai lembaga global tumbuhnya di 2,2 sampai 2,7 (persen). Jadi Indonesia tumbuhnya mendekati dua kali dari global karena tensi politik, inflasi, suku bunga global, stagflasi masih kelihatan,” imbuhnya.

Sementara itu, ia mengatakan bahwa stagflasi masih terjadi jika dilihat dari segi global, ungkapnya, sebanyak 90 negara sudah meningkatkan suku bunga dengan inflasi rata-rata mencapai 12 persen.

Baca juga: Ekonom: Fundamental Ekonomi Indonesia Kurang Kuat Hadapi Resesi Ekonomi

“Tentu kita lihat proyeksi kita, berbagai lembaga optimis di 2022. Demikian pula di 2023 yang range-nya antara 4,7 sampai dengan 5,25 (persen) dari berbagai banking dan juga lembaga dunia,” ujarnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved