China Perketat Keamanan Shanghai Pasca Meluasnya Protes Anti-Lockdown di Seluruh Negeri
Hari Minggu di Shanghai, pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti Presiden China Xi Jinping
Pada Minggu malam, di pusat daerah Shanghai, di mana 25 juta orangnya terjebak di rumah mereka pada April dan Mei, pengunjuk rasa bentrok dengan pihak polisi.
BBC mengatakan polisi menyerang dan menahan salah satu jurnalisnya yang meliput peristiwa tersebut sebelum melepaskannya setelah beberapa jam. Seorang wartawan Reuters juga ditahan selama sekitar 90 menit pada Minggu malam, sebelum akhirnya dibebaskan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan reporter BBC tidak mengidentifikasi dirinya sebagai jurnalis, sementara pemerintah Kota Shanghai tidak berkomentar.
Pada hari ini, jalan-jalan di Shanghai yang menjadi tempat pengunjuk rasa berkumpul diblokir dengan penghalang logam biru untuk mencegah massa berkumpul. Polisi berpatroli berpasangan, sementara mobil dan sepeda motor polisi terlihat beberapa kali melintas.
Toko-toko dan kafe-kafe di daerah itu diminta tutup, kata seorang anggota staf di salah satu toko kepada Reuters.
Sementara kebijakan COVID-19 China tetap menjadi sumber utama ketidakpastian bagi investor, perkembangan sekarang juga diawasi untuk setiap tanda ketidakstabilan politik, sesuatu yang tidak dipertimbangkan oleh banyak investor di China, di mana Xi baru-baru ini mendapatkan masa kepemimpinan untuk ketiga kalinya.
Wakil Presiden di lembaga pemeringkat kredit Moody's Investors, Martin Petch, memperkirakan protes "akan mereda dengan relatif cepat dan tanpa mengakibatkan kekerasan politik yang serius".
"Namun, mereka berpotensi menjadi kredit negatif jika dipertahankan dan menghasilkan tanggapan yang lebih kuat dari pihak berwenang," ujarnya.
Penyebab Meluasnya Protes: Kebakaran di Urumqi
Pemicu protes adalah kebakaran apartemen pada pekan lalu di kota barat China, Urumqi, yang menewaskan 10 orang.
Banyak yang berspekulasi, pembatasan COVID-19 di kota itu, yang sebagian telah menjalani lockdown selama 100 hari, telah menghalangi penyelamatan dan pelarian penghuni apartemen, yang dibantah oleh pejabat kota.
Massa di Urumqi turun ke jalan pada Jumat (25/11/2022). Selama akhir pekan, pengunjuk rasa di kota-kota lain termasuk Wuhan dan Lanzhou membatalkan pengujian atau tes COVID-19, sementara mahasiswa berkumpul di kampus-kampus di seluruh China.
Di Beijing, sekelompok besar orang berkumpul lewat tengah malam pada Minggu di jalan lingkar kota. Beberapa dari mereka memegang kertas kosong, yang menjadi simbol protes. Beberapa pengemudi membunyikan klakson dan mengacungkan jempol.
Hari Minggu di Shanghai, pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti Presiden China Xi Jinping, sebuah tindakan yang hampir tidak pernah terdengar di negara itu.
Sementara kemarahan dengan aturan COVID-19 membara, beberapa lainnya menentang orang-orang untuk turun ke jalan.
"Aksi ini akan mengganggu ketertiban umum," kata warga China bernama Adam Yan, 26 tahun.
"Situasi COVID cukup rumit. Yang terbaik adalah percaya pada pemerintah dan masing-masing melakukan yang terbaik," ungkapnya.