Senin, 6 Oktober 2025

Susul ECB, Sederet Bank Sentral Ini Lakukan Hawkish untuk Tekan Inflasi

Rencananya The Fed akan terus memperketat kebijakan moneternya sebanyak 75 bps pada pekan depan, agar dapat menjauhkan Amerika dari jurang resesi

Ledger Insights
Melonjaknya laju inflasi di kawasan zona Euro hingga memicu munculnya perlambatan ekonomi, memaksa bank sentral Eropa (ECB) untuk memperketat kebijakan moneternya untuk mengerek naik suku bunga ke level tertinggi sebesar 75 basis poin. 

Langkah agresif diambil Bank of Canada setelah sejumlah ahli ekonomi memprediksi negara ini jatuh ke jurang resesi pada akhir 2022, namun setelah mengerek suku bunga perlahan indeks harga konsumen (CPI) melandai dari 8,1 persen yoy menjadi 6,9 persen hanya dalam kurun waktu tiga bulan.

Respon positif ini yang kemudian semakin membuat Bank of Canada terus yakin untuk memperketat kebijakan moneternya agar dapat mengerek turun inflasi ke kisaran 3 persen pada akhir tahun dan 2 persen pada 2023 mendatang.

Baca juga: Ekonomi Jerman di Kuartal III Naik, Alarm Resesi Makin Menjauh

3.      Selandia Baru

Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) belakangan ini jadi salah satu bank sentral  yang paling aktif membuat kebijakan kenaikan suku bunga, dimana pada awal bulan kemarin RBNZ telah mengerek naik suku bunga 50 basis poin menjadi 3,5 persen, tertinggi dalam 7 tahun terakhir. 

Sikap agresif tersebut merupakan kedelapan kali yang dilakukan RBNZ dalam setahun ini, langkah tersebut diambil lantaran lonjakan inflasi yang menimpa Selandia Baru telah berada di zona merah, dimana per September 2022 inflasi berada di level 7,2 persen.

4. Inggris

Bank of England pada awal November diproyeksikan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Seperti bank sentral yang lainnya, kebijakan tersebut diambil untuk menjinakkan inflasi yang berada pada level tertinggi 40 tahun sebesar 10,1 persen.

 Menurut Kantor Statistik Nasional (ONS) Inflasi di Inggris mulai melonjak setelah harga pangan dan energi pasar global meroket, kondisi ini kian diperparah dengan adanya kebijakan pajak rendah  yang diterapkan mantan PM Liz Truss yang awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi justru makin menyebabkan Inggris berada dalam krisis yang berkepanjangan.

Baca juga: Amerika Serikat Menjauh dari Resesi, Laju Ekonomi Tumbuh 2,6 Persen di Kuartal III 2022

5. Norwegia

Ancaman resesi yang berada di depan mata, akibat lonjakan harga pangan dan energi di tengah perlambatan ekonomi, mendorong bank sentral Norwegia menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2011, sebesar 50 basis poin menjadi 2,25 persen pada September lalu.

Norwegia adalah negara maju besar pertama yang memulai siklus kenaikan suku bunga sejak tahun lalu, meski inflasi di Norwegia belum sepenuhnya hilang namun menurut Norges Bank langkah agresifnya ini setidaknya dapat mengerem percepatan inflasi di negaranya.

6. Australia

Sesuai prediksi para investor pada bulan lalu Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia atau RBA) mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 2,35 persen, jadi yang tertinggi sejak Desember 2014.

Pengetatan ini diprediksi akan terus berlanjut di pertemuan pekan depan, mengingat data inflasi Australia telah naik ke level tertinggi 32 tahun pada kuartal ketiga 2022. Belum diketahui berapa banyak suku bunga yang akan dikerek pada awal bulan mendatang, namun sejauh ini total kenaikan suku bunga yang telah dilakukan RBA sejak Mei lalu telah mencapai 250 basis poin.

Baca juga: Pengembang Properti: Resesi Ekonomi Tak Pengaruhi Minat Masyarakat Beli Hunian

7. Swedia

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved