Saingi Dolar AS, Rusia dan Negara-negara BRICS Bakal Produksi Mata Uang Cadangan Internasional Baru
Rusia dan anggota negara-negara BRICS mengungkapkan sedang menciptakan mata uang cadangan internasional.
Sedangkan dalam pidato dua tahunannya, Putin mengatakan kepada duta besar Rusia bahwa kekuatan ekonomi pihak Barat telah melemah.
“Masalah sosial ekonomi domestik yang semakin parah di negara-negara industri akibat krisis (ekonomi) melemahkan peran dominan yang disebut Barat historis. Bersiaplah untuk setiap perkembangan situasi, bahkan untuk perkembangan yang paling tidak menguntungkan," kata Putin kepada para duta besar Rusia.
Sementara itu, Bloomberg menerbitkan laporan pada bulan Juni lalu mengenai KTT BRICS dan mencatat Presiden China Xi Jinping menyatakan NATO berupaya memusuhi Federasi Rusia. Xi juga menyampaikan negara-negara tertentu yang mendukung eksepsionalisme akan goyah karena menderita kerentanan keamanan.
Baca juga: Wamenlu Rusia: Negara BRICS Akan Berada Pada Jantung Tatanan Dunia Baru
Eksepsionalisme adalah istilah yang merujuk kepada anggapan bahwa suatu negara atau bangsa itu lebih istimewa dan spesial dibanding negara atau bangsa lainnya.
“Politisasi, instrumentalisasi, dan persenjataan ekonomi dunia menggunakan posisi dominan dalam sistem keuangan global untuk menjatuhkan sanksi secara sembarangan hanya akan menyakiti orang lain serta melukai diri sendiri, membuat orang-orang di seluruh dunia menderita. Mereka yang terobsesi dengan posisi kekuatan, memperluas aliansi militer mereka, dan mencari keamanan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain hanya akan jatuh ke dalam teka-teki keamanan," ungkap presiden China ini.
Penguatan negara-negara BRICS telah berlangsung sebelum konflik di Ukraina dimulai. Pada tahun 2014, Rusia sepenuhnya mengembangkan System for Transfer of Financial Messages (SPFS), dan kemudian sistem pembayaran Mir diluncurkan. pada tahun yang sama, sebagai tanggapan atas pencaplokan Krimea, Rusia menimbun emas dalam jumlah yang besar.
China juga menimbun emas dalam jumlah yang besar. Dua negara ini telah meningkatkan pembelian cadangan emas mereka beberapa tahun sebelum perang Ukraina dimulai. Bank Rusia juga bergabung dengan Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Batas (CIPS) yang diluncurkan China, sehingga memudahkan kedua negara untuk berdagang.
Sementara sejak Perang Dunia I, dolar AS telah menjadi mata uang cadangan global dan AS muncul sebagai kreditur internasional terbesar. Maju lebih cepat ke hari ini, USD masih menjadi mata uang paling kuat. Indeks mata uang dolar AS (DXY) naik lebih dari 10 persen tahun ini dan melampaui mata uang kuat lainnya seperti yen Jepang,
Namun rubel Rusia telah menjadi pesaing kuat dolar AS tahun ini, dan menjadi salah satu mata uang fiat dengan kinerja terbaik pada tahun 2022.
Kepala kelompok riset pasar di Goldman Sachs, Kamakshya Trivedi, menekankan melonjaknya inflasi dan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS (The Fed) adalah dua permasalahan yang sulit dihadapi pasar keuangan. Namun analis Goldman Sachs berpikir dolar AS, setidaknya untuk saat ini, akan tetap kuat.
"Untuk saat ini, kami masih mengharapkan dolar untuk diperdagangkan di depan. Mungkin ada sedikit lagi yang harus dilakukan, tetapi mungkin bagian terbesar dari pergerakan dolar mungkin berada di belakang kita," tulis Trivedi.