Sabtu, 4 Oktober 2025

Sri Lanka Bangkrut

Laju Inflasi Sri Lanka Diprediksi Sundul 70 Persen dalam Beberapa Bulan Mendatang

Laju inflasi Sri Lanka diperkirakan akan melonjak jadi 70 persen dalam beberapa bulan ke depan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AFP/-
Polisi menggunakan gas air mata membubarkan petani yang ambil bagian dalam protes anti-pemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa atas krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Kolombo pada 6 Juli 2022. Bank Sentral Sri Lanka memprediksi laju inflasi akan meningkat menjadi 70 persen dalam beberapa bulan ke depan dari posisi inflasi saat ini sebesar 50 persen. (Photo by AFP) 

"Perkembangan global utama akan mencakup tren penurunan inflasi pangan dan harga minyak, ini harus didukung oleh langkah-langkah kebijakan yang tepat dari otoritas lokal termasuk pengetatan moneter dan fiskal yang akan mengurangi tekanan permintaan agregat di periode mendatang," papar Dr. Weerasinghe.

Polisi menggunakan water canon untuk membubarkan petani yang ambil bagian dalam protes anti-pemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa atas krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Kolombo pada 6 Juli 2022. (Photo by AFP)
Polisi menggunakan water canon untuk membubarkan petani yang ambil bagian dalam protes anti-pemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa atas krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Kolombo pada 6 Juli 2022. (Photo by AFP) (AFP/-)

Dr. Weerasinghe menekankan, pendekatan terkoordinasi untuk manajemen krisis lah yang akan memastikan dukungan publik dan pada akhirnya membantu mewujudkan ekonomi negara yang normal.

Dia juga menegaskan bahwa langkah-langkah kebijakan perbaikan yang diambil perlu dilengkapi dengan penyesuaian kebijakan yang tepat waktu dan tepat oleh pemerintah.

"Termasuk perlunya implementasi langkah-langkah konsolidasi fiskal yang cepat, di samping program-program kesejahteraan sosial yang efisien dan efektif untuk mendukung kelompok-kelompok masyarakat yang rentan," pungkas Dr. Weerasinghe.

Terkait negosiasi dengan International Monetary Fund (IMF), Bank Sentral Sri Lanka mengatakan kemajuan signifikan telah dibuat untuk mencapai kesepakatan tingkat staf tentang pengaturan Fasilitas Dana Diperpanjang (EFF) dalam waktu dekat.

Cadangan devisa bruto Sri Lanka pada akhir Juni lalu diperkirakan mencapai 1.859 juta dolar Amerika Serikat (AS), termasuk fasilitas swap dari People's Bank of China yang setara dengan 1,5 miliar dolar AS.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved