Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pemimpin G7 Sepakat Dukung Ukraina Tanpa Batas Waktu, Sulit Terima Kesepakatan Damai

Rusia telah memperingatkan AS, UE, dan sekutu mereka agar tidak memberikan senjata kepada Ukraina, bahwa itu hanya akan memperpanjang konflik.

Editor: Hendra Gunawan
Twitter @BorisJohnson
Perdagan Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Ukraina Zelensky. Kelompok Tujuh (G7) akan berjanji untuk memberikan dukungan kepada Ukraina dalam segala bentuk yang mungkin "selama dibutuhkan," menurut rancangan komunike pertemuan puncak yang sedang berlangsung. 

PM mengatakan kemarin: 'Konsekuensi dari apa yang terjadi bagi dunia sulit, tetapi harga mundur, harga memungkinkan Putin untuk berhasil, untuk meretas sebagian besar Ukraina, untuk melanjutkan program penaklukannya, harga itu akan jauh, jauh lebih tinggi dan semua orang di sini mengerti itu.'

Dalam diskusi di belakang layar, dia dilaporkan mengatakan kepada para pemimpin dunia bahwa mereka harus mendukung strategi gelombang gaya Irak untuk membantu Ukraina melakukan pukulan telak untuk memenangkan perang.

Komentar itu muncul setelah juru bicara Johnson mengatakan dia 'sangat percaya bahwa adalah kepentingan semua orang untuk melawan invasi Rusia untuk mendukung Ukraina, karena gagal melakukannya akan berdampak signifikan'.

Juru bicara itu menambahkan: "Ini akan memberanikan negara-negara otoriter lainnya, dan itu akan membahayakan perdamaian dan kemakmuran Inggris."

Pesan itu diulangi oleh Presiden AS Joe Biden, yang mengatakan: 'Kita harus tetap bersama, karena Putin telah mengandalkan sejak awal bahwa entah bagaimana NATO dan G7 akan terpecah. Tapi kami belum melakukannya dan kami tidak akan melakukannya.'

Sanksi Baru

Para pemimpin dari kelompok negara G7 mengumumkan sanksi barunya terhadap Putin dengan membatasi harga minyak yang dipasok dari Rusia.

Baca juga: Amerika Serikat Ajak Negara G7 Tambah Sanksi ke Putin dengan Larang Impor Emas Rusia

Rencana ini diungkapkan setelah minyak mentah di pasar global terus mengalami lonjakan, hingga membuat harganya melompat ke level tertinggi.

Hal inilah yang dikhawatirkan dapat membuat Rusia memperoleh lebih banyak pendapatan dari ekspor, meskipun permintaan impor minyak Rusia saat ini tengah mengalami penurunan.

Kekhawatiran ini semakin diperparah lantaran Rusia merupakan salah satu eksportir minyak mentah terbesar di pasar global.

Tiap tahunnya Rusia menyumbang lebih dari seperempat impor minyak, menurut data Badan Energi Internasional (IEA), negara beruang merah itu biasanya mengekspor sekitar 2,85 juta barel per hari baik melalui jalur laut maupun pipa.

“Diskusi aktif dan konstruktif terus berlanjut di antara G7 tentang bagaimana pengenalan batas harga semacam itu dapat berhasil,” ujar seorang pejabat pemerintah Jerman, saat ditemui di pertemuan KTT G7, Sabtu (25/6/2022).

Melansir dari situs berita Tass, pembatasan harga ini merupakan lanjutan dari embargo gas dan minyak Rusia yang telah lebih dulu dilakukan sejumlah negara G7 seperti AS, Kanada dan Inggris. Kemudian tak berselang lama Uni Eropa menyusul untuk memberlakukan aturan baru tersebut.

Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari sanksi terhadap Rusia atas invasi yang dilakukan Putin ke Ukraina.

Dengan memberlakukan penetapan harga pasokan minyak mentah Rusia, diharap cara ini dapat memotong pendapatan Putin untuk memperkuat pasukan militernya, sehingga invasi Rusia bisa berangsur melemah.

Tak hanya itu dengan begini Uni Eropa juga dapat sedikit menurunkan angka inflasi imbas dari kenaikan harga minyak dan gas yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir hingga mengerek naik harga kebutuhan bahan pangan.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved