Analis: Kenaikan Harga CPO Momentum Tepat Perusahaan Sawit Melantai di Bursa
kenaikan harga minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) menjadi momentum tepat perusahaan sawit melakukan IPO
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Executive Officer PT Elkoranvidi Indonesia Investama Fendi Susiyanto menilai kenaikan harga minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) menjadi momentum tepat perusahaan sawit melakukan IPO.
Ia mendukung langkah PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) yang berencana melantai di Bursa Efek Indonesia tahun ini.
"Sudah tepat jika perusahaan komoditas, termasuk CPO, melakukan IPO saat ini karena sedang ada momentumnya. Kalau segi prospek baik. Dari sisi sektoral memungkinkan," jelas Fendi di Jakarta, Rabu (11/5/2022).
Baca juga: Bulan Ini, Dewan Sawit Indonesia Optimis Larangan Ekspor CPO Akan Dicabut
Di sisi lain, keberhasilan IPO juga sangat ditentukan oleh kesiapan internal perusahaan.
Fendi menambahkan perusahaan sawit dapat mempersiapkan diri menangkap peluang bisnis dari momentum yang disediakan pasar.
Kesiapan internal yang dibutuhkan mulai dari SDM, kondisi keuangan, struktur perusahaan, hingga perpajakan.
Kemudian, perusahaan juga harus memastikan bahwa pihak eksternal yang membawa IPO dapat menemukan kantong-kantong investor.
"Jangan sampai sektornya bagus, tetapi perusahaannya belum siap. Penentu IPO dari internal dulu. Efek pasar bisa cukup tinggi karena ini sektornya lagi bagus. Tapi kalau penasihat keuangan atau underwriter-nya kurang mumpuni, maka tidak bisa membawa IPO dengan baik," tambah Fendi.
Lebih jauh, Fendi mengemukakan sejumlah momentum yang berpotensi menjadi daya tarik IPO.
Baca juga: Kenaikan Pungutan Ekspor CPO Tidak Ganggu Kinerja Perusahaan Sawit
Di antaranya adalah harga CPO yang masih terus naik. Pasar saham menjadi pilihan mendapatkan tambahan modal karena pencairan kredit bank dibatasi selama pandemi.
Bagi investor, suku bunga bank rendah kurang menarik, sehingga diperlukan alternatif lain untuk menempatkan dana.
Kondisi ini menyebabkan, investor pasar modal meningkat selama pandemi, terutama retail. Padahal selama ini pertumbuhan investor retail sangat lambat.
Fendi mengatakan, pemulihan ekonomi dunia dan perang Ukraina-Rusia juga akan meningkatkan permintaan CPO dari Indonesia, menyusul terhambatnya pasokan dan produksi minyak nabati dari kedua negara itu ke sejumlah negara, termasuk Eropa.
"Kalau kami lihat, ada potensi terjadinya super cycle commodity. Artinya, kenaikan cukup panjang dan cukup masuk akal. Terutama dari kasus global sudah recovery dan tumbuh lagi setelah pandemi. Permintaan bahan baku, terutama komoditas, naik," paparnya.