Harga Pertamax Naik
Pengamat: Harga BBM Pertamina Masih Murah Dibandingkan Sejumlah Negara Lain
Masyarakat, termasuk mahasiswa diminta bijak menyikapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax.
Sebagai informasi, di Malaysia, BBM setara Pertamax memang mendapat subsidi, sehingga harganya lebih rendah. Sedangkan di Indonesia, subsidi diberikan kepada Pertalite.
Sedangkan untuk tingkat global, harga BBM juga jauh di atas BBM keluaran Pertamina.
Hong Kong, misalnya, menjual dengan harga Rp41.346/liter dan Belanda Rp36.148/liter.
Bahkan, BBM di negara-negara Afrika pun jauh lebih mahal. BBM di Zimbabwe contohnya, dijual Rp33.795/liter.
Demikian juga dengan BBM di dalam negeri. Ternyata meski Pertamax naik, harganya masih jauh lebih murah dibandingkan SPBU swasta
Begitu juga dengan harga LPG. Brightgas keluaran Pertamina yang dijual Rp15.725/kg, juga jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
Sebagai perbandingan, Vietnam menjual seharga Rp26.927/kg, Filipina Rp26.989/kg, dan Singapura Rp29.927/kg.
Malaysia memang lebih rendah, yaitu Rp6.466/kg. Tetapi, Gas Petronas 12 kg tersebut merupakan produk subsidi dari Pemerintah Malaysa, sehingga bisa dijual lebih murah.
Pernyataan Presiden
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah sudah berusaha untuk menahan agar tidak terjadi kenaikan harga salah satunya bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Jokowi, kenaikan harga BBM tidak terelakkan terjadi seperti yang baru saja dilakukan Pemerintah untuk BBM jenis Pertamax.
"Saya kira sudah kita tahan-tahan agar tidak terjadi kenaikan, tetapi saya kira situasinya memang tidak memungkinkan, enggak mungkin kita tidak menaikkan yang namanya BBM engga. Oleh sebab itu kemarin naik pertamax," kata Jokowi dalam sidang kabinet yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu, (6/4/2022).
Presiden menegaskan bahwa kondisi sekarang ini cukup sulit. Ekonomi dan moneter Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang situasinya kini sedang bergejolak.
"Utamanya yang berkaitan dengan kenaikan inflasi hampir di semua negara," katanya.
Presiden mengatakan, hampir semua negara terjadi kenaikan inflasi. Amerika Serikat angka inflasinya kini sudah 7,9 persen yang biasanya berada di bawah 1 persen. Angka inflasi Uni Eropa juga sudah masuk ke angka 7,5 persen yang biasanya hanya 1 persen. Begitu juga angka inflasi di Turki yang kini sudah menyentuh 54 persen.
Kondisi serta dampak ekonomi akibat dari situasi global tersebut, kata Presiden juga berdampak pada Indonesia dan sangat dirasakan oleh masyarakat.
"Kesadaran ini harus kita miliki dan dampak itu dirasakan betul oleh masyarakat saat kita turun ke bawah," pungkasnya.