Kamis, 2 Oktober 2025

Abraham Hutapea Mohon Jokowi Selamatkan Nasib Peternak Ayam

Melambungnya harga jagung sangat disesalkan Abraham, karena sejauh ini Kementerian Pertanian selalu mengklaim stok jagung untuk peternak sangat cukup.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Ketua Lembaga Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah (LPPED), DR Abraham C Hutapea SH MM. 

"Ini sangat memukul peternak," kata Abraham yang juga praktisi hukum ini.

Melambungnya harga jagung sangat disesalkan Abraham, karena sejauh ini Kementerian Pertanian selalu mengklaim stok jagung untuk peternak sangat cukup. 

"Kalau memang sangat cukup, mengapa terjadi kelangkaan di tingkat peternak? Sesuai hukum ekonomi supply and demand, kalau barang langka, pasti harganya naik, karena tidak seimbang antara permintaan dan penawaran," paparnya.

Abraham justru menduga stok jagung untuk peternak jatuh ke tangan peternak besar, yakni perusahaan pakan unggas. 

"Ini harus ditelusuri. Kalau perlu Bareskrim Polri, Bulog, Kemendag, Kementan dan pihak terkait lainnya dilibatkan," sarannya.

Abraham juga menduga, anjloknya harga telur di tingkat peternak karena stok berlimpah akibat peternak besar yang juga perusahaan pakan unggas ikut membuka peternakan dalam skala besar. 

"Ini harus diatasi. Peternak harus dibantu. Kalau tidak, mereka akan kalah bersaing dengan perusahaan besar," tegasnya.

Untuk Bansos

Abraham kembali menduga adanya impor telur ayam gelap dari Malaysia dan Tiongkok sehingga stok di pasaran melimpah. Apalagi harga telur dari impor gelap itu lebih murah daripada telur lokal. 

"Harga telur lokal mahal karena ongkos produksinya juga mahal akibat harga jagung dan pakan ayam mahal. Pemerintah harus mengatasi impor gelap ini, dengan melibatkan Polri, Bea Cukai dan instansi terkait lainnya," terangnya.

"“Saya menduga ada pihak-pihak yang bermain di air keruh. Pemain lama yang selalu bercokol di sana. Nah, pemerintah harus melibatkan Bareskrim Polri dan pihak terkait lainnya untuk bertindak," sambungnya.

Berdasarkan aturan Kementerian Pertanian, kata Abraham, pelaku usaha integrasi alias perusahaan besar hanya boleh melakukan budi daya ayam petelur sebanyak 2% saja, sedangkan 98% ditujukan untuk peternak rakyat. 

"Namun yang terjadi lebih besar dari itu. Saat ini pelaku usaha integrasi mengusai ayam petelur mencapai 15% secara nasional," urainya.

Baca juga: Tak Laku Dijual, Peternak di Tasikmalaya Bagikan Telur Ayam ke Warga, Hikmahnya Kami Bisa Beramal

Di sisi lain, lanjut Abraham, daya beli masyarakat sedang turun akibat pandemi Covid-19, sehingga industri hotel, restoran, dan kafe yang cukup banyak menyerap telur, ikut menahan pesanannya. 

"Hal ini membuat pasokan telur tambah melimpah, karena tak terserap," tuturnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved