Senin, 6 Oktober 2025

Oxford Economics Rekomendasikan Pemerintah Tidak Hambat Pemulihan Industri Pangan Berbasis Pertanian

Pandemi yang terus berlangsung membuat risiko permintaan dan penawaran, serta risiko fiskal dapat mengganggu pemulihan ekonomi Indonesia pasca-covid

Penulis: Eko Sutriyanto
Tribunnews/Jeprima
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan tahu di kawasan Cinere, Jakarta Selatan, Sabtu (22/5/2021). Pengrajin mengaku telah merasakan dampak dari kenaikan harga kedelai global. Kendati demikian, sejauh ini sejumlah produsen tahu dan tempe belum berencana untuk menaikkan harga jual dua bahan pangan favorit masyarakat Indonesia tersebut. Untuk menyiasati lonjakan harga kedelai impor mereka lebih memilih untuk mengurangi ukuran atau volume produk. Tribunnews/Jeprima 

“Laporan tersebut menyoroti berbagai tantangan substansial jangka pendek dan panjang yang dihadapi oleh sektor agri-food di Indonesi, dan penting bagi para pembuat kebijakan untuk menyadari dan mengatasi risiko-risiko tersebut, mengingat besarnya skala kontribusi sektor ini terhadap lapangan pekerjaan dan PDB Indonesia.

Dengan adanya tantangan besar yang diproyeksikan untuk tahun 2021, sangatlah penting bagi Indonesia untuk tetap memperhatikan hal ini dengan berbagai kebijakan yang dapat berdampak pada industrinya,” katanya.

James Lambert, Direktur Economic Consulting Asia untuk Oxford Economics menyatakan, seiring dengan semakin kuatnya Indonesia untuk keluar dari pandemi, penting bagi para pembuat kebijakan untuk menciptakan kondisi yang paling kondusif bagi industri agri-food agar dapat berdiri kembali, serta merencanakan, merancang, dan mengomunikasikan setiap kebijakan fiskal dengan cermat.

"Hal itu memungkinkan industri untuk dapat terus memberikan manfaat ekonomi yang signifikan seperti beberapa puluh tahun terakhir,” katanya.

Pengamatan Lambert, penyesuaian fiskal dapat mencakup pengurangan pengeluaran publik atau peningkatan pendapatan pajak, yang dapat menimbulkan risiko bagi pemulihan sektor agri-food Indonesia, yang bahkan dapat berimbas pada ekonomi nasional yang lebih luas.

Laporan Fiscal Risk Assessment Framework juga menemukan fakta bahwa Indonesia termasuk yang paling berisiko di Asia dari penyesuaian fiskal pasca COVID-19, bahkan lebih dari Tiongkok, India, dan negara-negara Asia yang memiliki ekonomi dengan penghasilan tinggi lainnya.

Dalam arti lain, respon terhadap fiskal yang disusun dengan buruk dapat berpotensi membahayakan pemulihan sektor agri- food, serta berdampak pada ketahanan pangan, pendapatan dan lapangan pekerjaan, dan peluang ekonomi secara keseluruhan.

Laporan ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengembangkan respon fiskal yang penuh pertimbangan dan tidak menghambat pemulihan industri agri-food.

Tiga syarat yang harus dipenuhi antara lain memanfaatkan pendidikan untuk mempengaruhi perilaku; mendukung standar regulasi terhadap pajak; dan menjaga komunikasi yang konsisten dengan industri.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved