Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Indef: Ekonomi Kuartal III Tambah Minus Jika Kasus Corona Tembus 200.000

Pemerintah jangan mimpi bisa mengatasi potensi resesi jika kebijakan penanganan Covid-19 kacau hingga kasus positif diatas 100.000 orang.

Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ekonom senior INDEF Didik J Rachbini di acara diskusi Persepktif Indonesia di Jakarta, Sabtu (26/9/2015). Diskusi membahas mengenai wajah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - IEkonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini menyatakan, Pemerintah jangan mimpi bisa mengatasi potensi resesi jika kebijakan penanganan Covid-19 kacau hingga kasus positif diatas 100.000 orang.

Didik J Rachbini memperkirakan, jika langkah pemerintah begini-begini saja maka kasus positif Covid-19 bisa mencapai 200.000.

"Kebijakan menentukan kualitas, hasilnya adalah sekarang menembus 100.000 dan dalam waktu dekat akan 200.000. Kebijakan amburadul mulai dari pulang kampung atau mudik diizinkan," ujarnya saat webinar, Kamis (6/8/2020).

Kemudian, Didik memperingatkan bahwa jika relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terus berlanjut dan korban Covid-19 semakin banyak maka ekonomi jadi taruhannya.

Baca: Indef Pertanyakan Alasan Jokowi Pangkas Bansos dari Rp 600 Ribu Jadi Rp 300 Ribu

Bukan tidak mungkin dinilainya ekonomi Indonesia akan kembali mencatatkan hasil negatif pada kuartal III 2020 atau berarti resesi karena pada kuartal II minus 5,32 persen.

Baca: Ekonomi RI Minus, BI: Wabah Covid-19 Tekan Pertumbuhan

"Kuartal III dengan seperti ini, negatifnya akan tumbuh lebih tinggi kalau penanganan masalah seperti ini. Pemerintah pusat ongkang-ongkang kaki saja, seluruh jungkir balik diserahkan kepada pemerintah daerah," kata Didik.

Baca: Indonesia di Ambang Resesi, Politikus PKS Desak Pemerintah All Out Bangkitkan UMKM

Adapun, dia menambahkan, melakukan analisa terhadap perekonomian saat ini menjadi lebih mudah karena pertimbangan indikatornya hanya satu yaitu penyelesaian dari pandemi Covid-19.

"Jadi, kalau dalam analisis ekonomi ada puluhan faktor yang menentukan, sekarang satu faktor paling utamanya adalah pandemi. Namun, kebijakan pemerintah justru parah seperti yang kita lihat sekarang," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved