Virus Corona
Mempertahankan Bisnis di Tengah Pandemik Covid 19, Perlu Inovasi dan Perhatikan Perilaku Konsumen
Walaupun banyak kegiatan yang tidak dapat berjalan seperti biasanya, harus tetap optimis untuk mengambil peluang usaha yang masih bisa dilakukan
“Wabah COVID-19 adalah tragedi kesehatan manusia dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. Guncangan ekonomi dikarenakan pandemi COVID 19 ini membuat bisnis di berbagai sektor di negara ini terpukul keras dan mendatangkan malapetaka pada kegiatan ekonomi nasional,” ujar Eva Noor dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Analogi agar kapal atau perahu tidak bocor dan tenggelam saat mengalami turbulence, adalah contoh bagaimana seorang leader harus membuat prioritas-prioritas yang mengutamakan keselamatan team, pelanggan dan pemangku kepentingan.
Pemimpin harus memastikan sistem diperusahaan bisa berfungsi dengan baik,dengan memeriksa status keuangan secara menyeluruh, membuat strategi baru yang lebih fleksible dan juga berkomunikasi terus menerus dengan team untuk bisa bekerjasama-sama keluar dari badai dan guncangan .
Baca: Sang Ibu Jago Masak, Bek PSS Sleman Asyraq Gufron Ingin Rambah Bisnis Kuliner
“Seperti yang di utarakan di atas bahwa prioritas pertama seorang leader adalah keselamatan karyawan, nasabah/Klien serta para stakeholder,” kata Eva menambahkan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk Nasabah ; komunikasi secara berkala dengan memberikan informasi yang transparan, autentik, mengedukasi, dan memberi kepastian dari jasa yang kita berikan dengan kualitas terbaik seperti sebelumnya adalah sebuah proses yang harus dilakukan.
Untuk Internal, Hal terpenting adalah Hope & Positivity. Memberi harapan bukan berarti menjanjikan sesuatu yang kita tidak ketahui kepastian hasilnya, tetapi dengan berkomunikasi secara transparan tentang situasi internal serta mendorong karyawan dengan positif untuk hand in hand melalui krisis COVID 19 ini. Karena kekuatan team work menjadi kunci keluar dari krisis dan berkembang cepat.
Eva pernah mengalaminya dan belajar banyak sekali dari tahun 2008.
“Jadi Pebisnis itu harus panjang akal, setiap hari harus problem solving mode istilahnya. Buat inovasi-inovasi yang banyak jangan tunggu lagi tetapi langsung coba, tidak berhasil coba lagi yang lain,terus begitu sampai berhasil," katanya.
"Pada situasi krisis seperti ini cara berfikir kita juga harus fleksibel dan juga harus responsif dalam setiap perubahan karena kita tidak pernah tahu dan tidak bisa mengkontrol tantangan dari eksternal,” paparnya.
Baca: Jokowi: Peringatan Hari Lahir Pancasila Menguji Daya Juang Kita di Tengah Pendemi Covid-19
Menurut Eva Noor, yang bisa di kontrol adalah cara berfikir. Bagaimana cara kita mencari solusi, cara kita melakukan hal-hal yang bisa keluar darI krisis tersebut.
”Seseorang yang ingin meraih keberhasilan harus gigih, berdaya juang tinggi, dan tak mudah patah arang. “Never give up and work relentless,” ujar Eva
Selama berbisnis, Eva pernah mengalami krisis ekonomi yang sifatnya eksternal di tahun 2008.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dampak lainnya adalah banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya dan juga banyak perusahaan yang harus tutup.
Tahun 2008 krisis global yang berpengaruh ke ekonomi Indonesia membuat Eva, harus menutup satu dari dua perusahaannya. Butuh waktu 2 tahun untuk bisa bangkit lagi dan ketika semua orang menyerah, tahun 2010 saya buka satu perusahaan lagi dan semua berkembang sampai sekarang.
“Kini tahun 2020 krisis kembali menghantam global karena COVID 19, dan krisis kali ini jauh lebih parah dari tahun 2008,” ungkap Eva.