Virus Corona
BEI Siapkan Tiga Jurus Tenangkan Pasar Modal dari Virus Corona
Sejak awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun sebanyak minus 13,44 persen atau 5.452,704.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan telah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemerintah untuk merumuskan inisiatif dan insentif yang akan diberikan dalam rangka mengantisipasi dampak virus corona terhadap aktivitas di pasar modal.
Satu diantara insiatif tersebut adalah dengan tidak menerbitkan daftar efek yang dapat ditransaksikan secara Short Selling sampai dengan batas waktu yang akan ditetapkan.
"Kehati-hatian terhadap pergerakan indeks kita ada beberapa SOP-nya. Bisa kita ubah sesuai kondisi dinamika pasar, nah ini yang kita koordinasikan dengan OJK," ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi di Jakarta, Senin (2/3/2020).
Inarno menjelaskan, langkah antisipasi lainnya adalah dengan tidak memproses lebih lanjut jika ada Anggota Bursa yang mengajukan permohonan kepada Bursa sebagai Anggota Bursa yang dapat melakukan transaksi short selling sampai dengan batas waktu yang akan ditetapkan.
Baca: Dirjen Perhubungan Darat Sebut Truk Odol Tidak Akan Bisa Lakika Uji Kendaraan
Ketiga, lanjutnya, Anggota Bursa wajib memastikan bahwa transaksi yang dilakukan baik untuk kepentingan Anggota Bursa maupun untuk kepentingan nasabah, bukan merupakan transaksi short selling.
Baca: Toyota Ungkap Suplai Komponen dari China Aman
"Di tengah sentimen negatif yang menyelimuti investor di pasar keuangan global, Bursa terus menghimbau investor agar tidak panik dan tetap melakukan investasi berdasarkan analisis yang mendalam," ujarnya.
Sejak awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun sebanyak minus 13,44 persen atau 5.452,704.
Penurunan ini juga dialami seluruh bursa utama dunia yang memiliki kapitalisasi pasar lebih dari atau sama dengan 100 miliar dolar AS, termasuk bursa-bursa di Asia Tenggara.
Penurunan tertinggi dialami bursa Thailand dan diikuti Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Singapura dengan penurunan sebesar -15,03 persen, -13,44 persen, -13,15 persen, -8,2 persen, -6,68 persen, dan -6,57 persen.
Penurunan pada minggu terakhir bulan Februari 2020 atau 21 Februari hingga 28 Februari 2020 merupakan penyumbang terbesar penurunan indeks pada bursa utama dunia maupun bursa-bursa di Asia Tenggara.
Dengan penurunan tertinggi dialami oleh Filipina dan diikuti oleh Indonesia, Vietnam, Singapura dan Malaysia dengan penurunan mingguan sebesar -7,9 persen, -7,3 persen, -5,45 persen, -5.34 persen, dan -3.17 persen.