ASDP Bakal Wajibkan Pembelian Tiket Online di Pelabuhan Merak
digitalisasi pembayaran merupakan bagian dari transformasi ASDP untuk memudahkan penumpang sekaligus memperbaiki data manifes
Berita Ini Sudah mengalami Ralat dari Judul Sebelumnya: "Keluhkan Keberadaan ''Petruk'', ASDP Bakal Wajibkan Pembelian Tiket Online di Pelabuhan Merak"
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi akan mewajibkan pembayaran secara non tunai di empat pelabuhan utamanya, yakni Pelabuhan Merak, Pelabuhan Bakauheni, Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan Gilimanuk.
Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 Maret 2020 mendatang.
Menurutnya, digitalisasi pembayaran merupakan bagian dari transformasi ASDP untuk memudahkan penumpang sekaligus memperbaiki data manifes di kapal miliknya.
Baca: Bantah Wadah Pegawai, KPK Sudah Bayar Gaji Komisaris Polisi Rossa
Baca: China Siap Jemput Warganya di Bali, Kru Diminta Tak Keluar Pesawat
"Kenapa di empat pelabuhan itu? Karena 50 persen pendapatan (ASDP) dari empat pelabuhan ini, 70 persen laba juga dari pelabuhan ini. Jadi, kita amankan dulu dari pelabuhan ini. Kalau teman-teman ke sana saat ini kita hampir 100 persen cashless," kata Ira di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Selain itu, Ira mengatakan pemberlakukan tiket online ini guna menghindari potensi kehilangan pendapatan akibat adanya kongkalikong antara pegawainya dengan pengurus truk atau petruk.
Dia menjelaskan, dalam praktik yang melibatkan petruk, truk-truk akan diarahkan untuk menumpangi kapal tertentu dengan tarif yang lebih murah.
Baca: ASDP Siapkan Rp 1,6 Triliun untuk Beli Kapal hingga Revitalisasi Pelabuhan
"Contoh yang klasik, kami ada 12 golongan kendaraan harganya beda-beda, kalau orang masuk loket golongannya misalnya harganya Rp 2 juta terus tadi ada yang tadi mengamankan truk ada petugas loket bilang gini 'eh jangan yang tarif Rp 2 juta dong, turunin aja Rp 1,7 juta aja,' itu kemarin-kemarin terjadi," ungkapnya.
Dia berharap dengan pembayaran secara non tunai bisa meningkatkan pendapatan perseroan.
"Kebayang kalau sehari saja ada dua ribuan truk dan kendaraan masuk, kalau itu dibolehkan dengan sistem yang masih manual seperti itu, kebayang berapa loss yang kita rasakan,” kata Ira.
“Pengurus truk ini biasanya membantu mengamankan truk alias titik-titik, itu ada ekonomi tersendiri, jadi itu membuat ASDP juga kemarin-kemarin menjadi tidak bersih," lanjutnya.