Senin, 6 Oktober 2025

Gagal Terbang karena AirAsia Batalkan Penerbangan Sepihak dan Tanpa Kejelasan, Pangi: AirAsia Arogan

Penumpang pesawat AirAsia rute Jakarta-Surabaya gagal terbang setelah maskapai itu membatalkan penerbangan secara sepihak dan tidak ada kejelasan.

Penulis: Sri Juliati
Editor: bunga pradipta p
dok AirAsia X-pribadi
Gagal Terbang karena AirAsia Batalkan Penerbangan Sepihak dan Tanpa Kejelasan, Pangi: AirAsia Arogan 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembatalan sepihak yang dilakukan maskapai penerbangan sehingga membuat penumpang telantar, kembali terjadi.

Kali ini, sejumlah penumpang pesawat AirAsia rute Jakarta-Surabaya gagal terbang karena maskapai ini membatalkan secara sepihak dan tanpa ada kejelasan, Rabu (22/1/2020).

Mirisnya, pembatalan secara sepihak dilakukan saat sejumlah penumpang telah berada di bandara sehingga membuat mereka telantar.

Hal ini disampaikan Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago yang ikut menjadi korban.

Kepada Tribunnews.com, Pangi menjelaskan rencananya terbang dari Jakarta menuju Surabaya memakai pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan, QZ698.

Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago
Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago (Istimewa)

Sedianya, pesawat itu terbang pada pukul 10.05 WIB.

Sayangnya, Pangi terpaksa menelan kekecewaan karena pihak maskapai membatalkan penerbangan tanpa alasan yang jelas.

Misalnya kerusakan pesawat yang jika dipaksakan akan berbahaya terhadap nyawa atau adanya masalah cuaca.

Pembatalan tersebut, kata Pangi, disampaikan lewat pesan singkat dan surat elektronik yang dikirimkan kepada penumpang beberapa jam sebelum keberangkatan.

"Urgent! Your AirAsia flight QZ698 (PNR: HVJ4GP) from CGK-SUB on 22Jan20 has been cancelled. Pls check your email for more info," demikian info pembatalan penerbangan yang dikirim AirAsia.

Sejumlah penumpang yang telah berada di bandara, termasuk Pangi pun kecewa.

Mereka mendatangi counter AirAsia di Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta penjelasan terkait keputusan AirAsia yang secara sepihak membatalkan penerbangan tanpa ada kejelasan yang memadai.

"Yang komplain banyak sekali, kami sempat antre dan disuruh menunggu duduk selama satu jam," ujar Pangi.

Alih-alih mendapat solusi yang memudahkan, Pangi dan penumpang lain kembali harus menelan kekecewaan setelah gagal terbang.

Menurut Pangi, AirAsia tidak memiliki itikad baik untuk mencarikan pesawat AirAsia lainnya.

"Nggak masalah bagi kami untuk geser waktu terbang selama dua hingga tiga jam, sepanjang digantikan dengan maskapai yang sama," kata Pangi.

Jika pun diganti dengan maskapai lain, maka tidak perlu lagi ada penambahan biaya yang dibebankan pada penumpang.

Namun yang terjadi, justru sebaliknya.

"Mereka mau mencarikan maskapai lain, tapi ditawarkan Citilink yang harganya mencapai Rp 1,1 juta lebih, dua kali lipat dibandingkan harga tiket AirAsia."

"Jam terbang juga sudah jam 2 siang."

"Mereka juga nggak mau tanggung jawab soal selisih margin kenaikan harga," ujar Pangi.

Pesawat AirAsia yang parkir di apron Bandara Internasional Ngurah Rai.
Pesawat AirAsia yang parkir di apron Bandara Internasional Ngurah Rai. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)

Menurut Pangi, seharusnya pihak maskapai tidak membebankan biaya tambahan kepada penumpang.

"Ini semua kan salah dari mereka. Logikanya sederhana, yang membatalkan siapa?"

"Tanggung jawab dong, supaya penumpang bisa terbang. Mau pakai apa kek? Jam berapa? Ini nggak," kata dia.

Pangi dan penumpang juga tak diberikan opsi refund alias uang kembali.

Mereka juga tidak diperkenankan mengganti jadwal terbang ke penerbangan AirAsia lainnya.

"Padahal kan ada flight AirAsia ke Surabaya pukul 10.25, 12.00, dan seterusnya," tambahnya.

Namun, Pangi dan sejumlah penumpang akhirnya langsung mendapatkan uang kembali alias refund pada hari ini juga.

Itu pun harus melalui 'perang urat syarat' terlebih dahulu dengan petugas.

"Karena tekanan dan ancaman kami kuat, akhirnya di-refund, tapi kami betul-betul dirugikan."

"Mereka yang batalkan sepihak dan bilang di email juga kurang beradab. Proses pengembalian dana memakan waktu 14 hari kerja seperti di email," kata dia.

Pangi merasa, ia dan penumpang lain dizalimi dengan pembatalan sepihak oleh AirAsia.

Untuk memenuhi agenda yang sudah terjadwal serta kadung kecewa dan marah, Pangi terpaksa memilih moda transportasi lainnya untuk ke kota tujuan.

"Akhirnya saya harus putuskan naik kereta. Mereka juga nggak mau tanggung jawab soal biaya ke bandara PP karena gagal naik pesawat dan kami sudah telanjur ke bandara," kata dia.

Walaupun uang dikembalikan, tapi waktu dan agenda meeting/narasumber seminar yang terpaksa dibatalkan, tak bisa digantikan dengan materi.

"Begitu uang di-refund atau dikembalikan apakah semua selesai? Nggak cukup! Mereka harus bertanggung jawab, arogansi dari AirAsia harus dihentikan," tegas Pangi.

Menurut Pangi, hal ini perlu dilakukan agar tidak ada lagi korban yang dibatalkan tiketnya tiba-tiba sesuka hati tanpa ada penjelasan dari maskapai.

"Kami cek di SMS dan email, nggak ada penjelasan yang memadai soal alasan yang membuat kita maklum pembatalan sepihak dari Airasia."

"Kacau sekali cara mereka memperlakukan konsumennya," kata dia.

Pangi juga bilang, ini bukan kali pertama ia menjadi korban maskapai yang secara tiba-tiba membatalkan penerbangan secara mendadak.

Pengalaman serupa pernah ia alami saat maskapai Lion Air yang hendak ditumpangi juga secara mendadak membatalkan penerbangan.

Namun, kata Pangi, pihak Lion saat itu mau bertanggungjawab dengan menyediakan pesawat pada jam lainnya, tanpa ada penambahan biaya lagi.

"Kalau ini nggak, yang batalkan mereka tiba-tiba sesuka hati. Mereka carikan maskapai Citilink, tapi harganya dua kali lipat dari harga awal AirAsia, mereka nggak tanggung jawab," tegasnya.

Dengan adanya kejadian ini, Pangi yang baru pertama kali naik AirAsia mengaku trauma dan tak ingin naik AirAsia lagi.

Untuk itu, Pangi pun mendesak Komisaris dan Direksi AirAsia melakukan evaluasi dengan meminta maaf agar kejadian ini tidak terulang.

Tak sampai di situ, harus ada sanksi yang keras dan tegas agar konsumen jangan sampai sabar dan mengalah terus.

"Kami hanya ingin kasih pelajaran sama mereka, jangan sesuka hati dan arogan memperlakukan konsumen."

"Kami ingin hentikan ini semua, sikap sewenang-wenang yang merugikan konsumen," tegas Pangi.

Hingga berita ini dituliskan, belum ada penjelasan apapun dari pihak AirAsia terkait kejadian tersebut.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved