Sabtu, 4 Oktober 2025

Peringatan Ekonom Senior BI, Ekonomi AS Mulai Melemah, Indonesia Harus Waspada

Saat ini ada 17 komoditas yang bisa memanfaatkan kondisi pasar kalau barang China tidak bisa masuk.

Editor: Choirul Arifin
KONTAN/ARDIAN GESURI
M Noor Nugroho, analis senior Bank Indonesia (BI) yang juga Wakil Kepala Perwakilan BI di New York, 

Ketidakpastian tinggi

Sebagaimana kita ketahui, Presiden Trump secara signifikan mendorong pertumbuhan dengan memberikan stimulus fiskal. Maklum, target Trump ingin maju lagi di Pilpres 2020. Ini karena beberapa janjinya dianggap gagal. Yakni, rencana menggusur Obama Care dan membangun tembok dengan Meksiko. 

Nah, cara mendorong pertumbuhan itu dengan strategi trade war yakni dengan cara mengurangi impor. Maka Trump secara selektif melihat dengan negara mana defisit perdagangannya besar. Tarif itu salah satu senjatanya. Dia minta defisit dikurangi sampai US$ 200 miliar, karena ingin AS tetap superior.

Setelah perang dagang, pembicaraan di Washington DC gagal, maka tarif 10% naik jadi 25%. Sekarang AS dan China akan membicarakan lagi masalah perdagangan di Osaka, 28 Juni-29 Juni ini sebagai bargaining Trump untuk memenangkan deal di perang dagang ini.

Dari sisi Trump, yang bisa kita ketahui dari Twitter-nya, merasa di atas angin. Dia akan mengenakan tarif 25% untuk transaksi lain yang belum terkena tarif tinggi.

Tapi sebaliknya China tidak mau disetir oleh AS. Maklum, China sudah mencapai ranking nomor satu dari sisi purchasing power parity (PPP). “Dia juga punya target pertumbuhan tinggi, tapi dengan cara tampil lebih kalem, diam, tidak mau konfrontasi, sehingga bisa berharap dunia melihat siapa bad guy-nya. Itu strategi yang dia terapkan,” ujar Nunu.

“Karena Trump akan habis-habisan untuk maju 2020, sementara China menahan diri, dugaan kami pembicaraan deadlock lagi. Maka ke depan tendensi trade war tinggi, deal dengan China gagal dicapai. Ketidakpastian tinggi,” lanjut Nunu.

Selanjutnya, Trump melihat kemungkinan lain lagi. India sudah kena dampaknya dengan pencabutan fasilitas perdagangan generalized system of preferences (GSP). Lantas dia lihat yang lain yang defisit perdagangannya tinggi. “Nah, Indonesia bisa kena juga, karena neraca dagang kita surplus dengan AS,” ungkap Nunu.

Trump juga mengincar Eropa. Mata uang euro dalam tren melemah terhadap dollar AS. Ini dilihat Trump sebagai biang currency war yang merugikan AS. “Bisa jadi trade war meluas kemana-mana. Apalagi tarif otomotif belum dia kenakan. Ini yang kena Eropa dan Meksiko. Uncertainty tinggi,” katanya.

bagaimanapun Indonesia harus berupaya untuk terhindar dari pencabutan fasilitas GSP dan di sisi lain harus bisa memanfaatkan peluang dari perang dagang ini. “Dari ceruk pasar yang ditinggalkan, Dubes RI Mahendra Siregar melihat produk apa saja yang kena tarif dan adakah produk kita yang jadi unggulan di situ,” kata Nunu.

Saat ini ada 17 komoditas yang bisa memanfaatkan kondisi pasar kalau barang China tidak bisa masuk pasar AS. Antara lain, pakaian jadi rajutan dan nonrajutan, karet, furnitur, kayu, permesinan, perhiasan, mainan anak, peralatan listrik, juga suku cadang mobil.

Hanya memang, China bisa melakukan langkah-langkah juga. Seperti, transshipment, menurunkan lagi mata uangnya, memberikan subsidi ekspor. Atau juga menyubsidi konsumsi supaya bisa menyerap produk-produk tersebut.

Selain itu, banyak negara lain juga memperebutkan ceruk pasar yang lowong itu. Pesaing berat kita di tekstil ada Vietnam dan Bangladesh. “Untuk itu kita harus meningkatkan kualitas produk kita supaya lebih kompetitif,” tandas Nunu.

Reporter: Ardian Taufik Gesuri

Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Ekonom Senior BI: Ekonomi AS mulai melemah, waspada Indonesia 

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved