Dengan Dana Desa, Kopi Liberika Jadi Produk Unggulan Masyarakat Kedaburapat
Dari tanah gambut ini mereka bisa menghasilkan kopi dengan rasa unik yang diberi nama kopi liberika.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, MERANTI - Indonesia dikenal sebagai negeri dengan ragam varietas kopi yang melimpah.
Kopi yang dihasilkan setiap daerah memiliki karakternya yang unik. Di tanah Sumatera, kita biasa mengenal kopi Kopi Gayo dan Kopi Lampung. Namun di salah satu desa di Kabupaten Meranti, Provinsi Riau, terdapat kopi unik yang tak kalah dari dua contoh kopi terkenal di atas.
Masyarakat Desa Kedaburapat di Kabupaten Meranti menemukan inovasi baru dalam mengolah tanah mereka yang merupajan tanah gambut.
Dari tanah gambut ini mereka bisa menghasilkan kopi dengan rasa unik yang diberi nama kopi liberika.
Al-Hakim, pengusaha kopi liberika, mengatakan kopi tersebut beda dengan kopi arabika atau robusta, yang notabenenya tumbuh di dataran tinggi dan bukan di tanah gambut.
"Biji kopi liberika ini tumbuh di dataran rendah dengan tingkat keasaman yang juga rendah. Biasanya kan bibit kopi yang ditanam di dataran rendah tingkat asamnya makin tinggi. Tapi ini beda," kata Hakim saat ditemui di Desa Kedaburapat, Riau, Rabu (9/4/2019).
Kopi liberika kini menjadi produk unggulan Desa Kedaburapat, selain juga pinang dan kelapa. Hakim mengaku sudah mematenkannya ke tingkat pusat lewat Kementerian Pertanian dan Kementerian Hukum dan HAM.
"Kami punya 222 batang induk pohon kopi liberika. Kami juga punya varitas unggul nasional. Untuk kisaran harga jual kopi itu besarannya Rp2.500/kg dan dipanen setiap 20 hari sekali. Dalam sekali panen, kami bisa sampai 100 kg, maka setiap petani bisa dapat Rp 250 ribu per 20 hari," katanya melanjutkan.
Hasil panen kopi liberika tersebut, menurut Hakim, sudah diekspor ke berbagai negara tetangga, yang paling banyak ke Malaysia.
Iinovasi dan hasil positif tersebut tak lepas dari peran Kementerian Desa PDTT.
Lewat Dana Desa yang dikucurkan kepada seluruh desa di Indonesia, Kemendes berusaha membangun desa lewat potensi-potensi yang ada di desa masing-masing, termasuk di Desa Kedaburapat.
Kepala Desa Kedaburapat, Mahadi mengatakan dana desa memberi manfaat strategis bagi masyarakat Kedaburapat.
"Dari 2016 kami menerima dana desa sebanyak Rp 700 juta hingga 2018 sebanyak Rp 1 miliar. Dana desa dialokasikan terutama untuk pembangunan infrastruktur, khsusunya perbaikan jalan bagi para petani desa, atau JUT (Jalan Usaha Tani)," kata Mahadi.
Jalan di Desa Kedaburapat yang membelah 4 dusun tersebut tak hanya akses bagi transportasi dan warga, tetapi juga sirkulasi ekonomi para petani. Total dari dana desa tersebut, sepanjang 2.120 meter JUT diperbaiki.