Bank Mandiri Promosikan Peluang Investasi ke 700 Investor Lokal dan Asing
Forum internasional ini dihadiri lebih dari 700 investor domestik dan asing serta sekitar 200 nasabah korporasi Bank Mandiri.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menggelar Mandiri Investment Forum (MIF) untuk mendorong masuknya investasi ke tanah air.
Forum internasional ini dihadiri lebih dari 700 investor domestik dan asing serta sekitar 200 nasabah korporasi Bank Mandiri.
Mengusung tema "Invest Now", bank berlogo pita emas ini mengundang sejumlah tokoh nasional untuk mempromosikan Indonesia agar para investor, baik institutional maupun retail, tidak kehilangan momentum dalam memanfaatkan peluang investasi di tanah air.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara, dan Advisory Board Chairman of Mandiri Institute M Chatib Basri serta Chief Strategist Jefferies, Sean Darby akan memaparkan kebijakan dan regulasi terkini serta menonjolkan keuanggulan serta peluang investasi di Indonesia.
“MIF 2019 akan memfokuskan pada solusi strategis bagi para pembuat keputusan dan investor swasta dalam menavigasi bisnis, seiring bayang-bayang tren pengetatan moneter global dan belangsungnya tahun politik di Indonesia,” kata Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto saat membuka MIF 2019 di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Sebagai salah satu industri yang siap mendukung dunia investasi, Sulaiman menjelaskan, sektor perbankan nasional saat ini berada dalam salah satu performa terbaik, dengan rasio pertumbuhan kredit tahunan yang berada di kisaran 12 persen dan rasio NPL yang stabil di bawah 3 persen hingga November 2018.
“Meski menghadapi tantangan dari pengaruh revolusi industri 4.0, kami meyakini perbankan akan terus berkontribusi optimal dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi karena didukung oleh terjaganya kualitas aset, rasio permodalan yang kuat dan efisiensi biaya operasional akibat inovasi pada digital banking dan instrumen keuangan serta kuatnya konsumsi domestik,” papar Sulaiman.
Dalam pidatonya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, walaupun kondisi perekonomian global masih penuh tantangan, saat ini, perekonomian Indonesia punya ketahanan ekonomi yang tangguh dan tingkat konsumsi yang stabil.
"Konsumsi rumah tangga tumbuh kuat di atas 5 persen Inflasi juga mampu dijaga pada level di kisaran 3 persen. Selain itu, kita selalu manfaatkan kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya melalui instrumen insentif perpajakan," jelasnya.
Sri Mulyani menambahkan, guna mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, pemerintah menyadari pentingnya meningkatkan kualitas SDM baik dari segi pendidikan maupun kesehatan.
"Oleh karena itu, pemerintah menentukan kebijakan fokus pengeluaran negara 2019 yaitu pengembangan SDM, pembangunan infrastruktur, dan jaring pengamanan sosial," ucapnya.
Sementara Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, saat ini memang saat yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia. Ada dua alasan yang mendasari yaitu kondisi makro perekonomian yang stabil dan kebijakan makro ekonomi Pemerintah yang tersinkronisasi sehingga tercipta iklim investasi yang kondusif.
"Kami percaya, kondisi ekonomi Indonesia yang stabil menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi di masa datang," ucapnya.
Selain itu, Perry Warjiyo juga optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan lebih stabil dan cenderung menguat pada tahun ini sehingga akan mampu berpengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Optimisme tersebut didasari sejumlah alasan antara lain banyaknya dana asing yang masuk ke Indonesia, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang akan lebih rendah dari tahun lalu, sinergi pemerintah dan bank sentral yang kuat mampu mendorong fundamental rupiah terus membaik serta mekanisme pasar valas yang lebih fleksibel.