'I'm Jongos' Kisah Kehidupan Jos dari Hidup Jadi OB Sampai Jadi Pengusaha Beromset Miliaran Rupiah
Hidupnya bersahabat dengan kekurangan, mulai dari angon kerbau sebelum sekolah dan ketika SMA menjadi tukang ojek untuk menambah uang saku.
Kesempatan belajar itu makin luas saat Jos pindah ke MTV Indonesia, juga sebagai office boy.
Di sana, Daniel Tumiwa, salah seorang pendiri MTV Asia yang menjabat sebagai Head of Marketing, memberi akses belajar seluas-luasnya kepada Jos.
"Kelebihan Yosep adalah dia selalu tahu dan berupaya keras menjawab pertanyaan 'kenapa' kepada dirinya," ungkap Daniel, seorang yang dianggap Jos sebagai salah seorang guru terpentingnya dalam bisnis.
Baca: Ussy Sulistiawaty Jalani Tes DNA, Untuk Apa Ya?
Menurut Daniel, ketika Jos menjalani dengan sungguh pekerjaan sebagai office boy, dia tahu akan berkenalan dengan orang yang bisa mengubah hidupnya.
Ketika meyakini ketertarikannya menangani peralatan shooting, dia tahu suatu hari ia akan memiliki banyak alat-alat untuk memproduksi film.
Yosep meyakini kenapa dia harus tahu manajemen, karena dia tahu akan memimpin banyak orang suatu waktu. Semuanya kemudian terwujud.

Kendati tidak merangkum semua perjalanan hidup Jos secara detil, beberapa peristiwa unik dan penting termasuk sisi kelam Jos terbaca dalam buku ini hingga kita dapat menemukan apa yang menjadi titik tolak serta daya juang Jos untuk mengubah takdir hidupnya.
Lebih dari sekadar mendokumentasikan sebagian perjalanan hidup Jos, hal penting dari buku ini adalah sebuah inspirasi kerasnya bagaimana perjuangan seorang manusia mengubah takdir hidupnya, dari seorang jongos hingga mampu menjadi bos perusahaan beromset miliyaran,
Di sela kesibukannya saat ini, Jos ingin pensiun di usia 45 tahun. Di usia itu, Jos bertekad membangun 'rumah pintar', sejenis panti penampungan bagi anak-anak yang diyatim piatukan keadaan.
Di rumah ini akan dia ingin mengajarkan beragam life skill mulai dari berkebun, beternak, kebengkelan, hingga multimedia, untuk melatih jiwa entrepeneur mereka sekaligus menumbuhkan mental 'pemberi' dan mengikis habis mental 'peminta'.
"Hidup bukan semata soal hitung-hitungan. Ada saatnya memberi pelayanan," kata Jos.