Senin, 6 Oktober 2025

Jambore Gambut 2018: Petani Harus Melek Media Sosial

Sekitar 1.300 petani berkumpul untuk pertukaran pengetahuan dan penguatan jejaring bagi para petani gambut dan masyarakat umum.

TRIBUNNEWS/DENNIS
Jambore Masyarakat Gambut 2018 di Desa Kiram, Karang Intan, Banjar, Kalimantan Selatan. Acara diselenggarakan sejak Sabtu (28/4/2018) sampai Senin (30/4/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, BANJAR - Petani zaman now dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi. Termasuk mengaplikasikan sosial media.

Badan Restorasi Gambut menggelar acara Jambore Masyarakat Gambut 2018 di Desa Kiram, Karang Intan, Banjar, Kalimantan Selatan. Acara diselenggarakan sejak Sabtu (28/4/2018) sampai Senin (30/4/2018).

Di acara ini petani dari 265 desa berkumpul. Mereka berasal dari tujuh provinsi, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Riau.

Sekitar 1.300 petani berkumpul untuk pertukaran pengetahuan dan penguatan jejaring bagi para petani gambut dan masyarakat umum.

Beberapa tenda didirikan dengan pembahasan yang berbeda.

Di antaranya membahas agar para petani bisa mempromosikan produk gambut. Para mentor memberikan pengarahan, agar para petani bisa memasarkan produk mereka lebih luas.

Rina Aryanti dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia menjelaskan, selama tiga haru acara Jambore Masyarakat Gambut 2018, para petani menyampaikan keluh kesah mereka.

Baca: Doa Ibu Berkaos #DiaSibukKerja: Suatu Hari Kamu yang Jadi Presidennya

Baca: KPK Incar Tersangka Direksi Korporasi yang Diduga Kuat Bancakan Korupsi Proyek e-KTP

"Bukan permasalahan produksi. Produksi mereka berlebih. Tapi penyerapan pasar. Karena pemasaran tidak semata-mata ada barang, pasti laku dijual," ucap Rina Desa Kiram, Karang Intan, Banjar, Kalimantan Selatan, Senin (30/4/2018).

Menurut Rina, para petani harus memahami kualitas dan dapat memasarkan produk hasil tani mereka secara luas. Mereka dituntut bisa mengikuti perkembangan zaman dengan mempromosikan produk melalui sosial media.

"Karena saat ini, mereka kebanyakan menjual ke tengkulak atau pasar tradisional. Kami motivasi harus lebih terbuka. Paling mudah itu, sosial media. Posting, promote, ceritakan," kata Rina.

Sehingga, produk hasil tani bisa terinformasikan dan jangkauan potensi pemasaran lebih luas, "Kita tidak pernah tahu pembeli kita ada di mana," tutur Rina.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead mengatakan, acara Jambore Masyarakat Gambut 2018 ini merupakan forum pertukaran pengetahuan dan penguatan jejaring bagi para petani gambut dan masyarakat umum.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved