Indonesia Negara Maritim Tetapi Mengapa Harus Mengimpor Garam?
Rahma, seorang ibu rumah tangga di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan, mengaku harus mengeluarkan Rp3.000 untuk sebungkus garam.
Bhima menyoroti rantai penyediaan garam begitu panjang sehingga petambak garam tidak pernah merasakan keuntungan besar ketika harga garam naik.
Dia lalu merujuk data KIARA (koalisi rakyat untuk keadilan perikanan) dalam lima tahun terakhir.
Data itu menyebutkan jumlah petani tambak garam di Indonesia menurun drastis, yakni dari 30.668 jiwa pada tahun 2012 menjadi 21.050 jiwa di 2016. Artinya, ada sekitar 8.400 petani garam yang alih profesi.
Sebagian besar menjadi buruh kasar atau pekerjaan informal lainnya dan berkontribusi terhadap fenomena migrasi kemiskinan dari desa ke kota.
"Dari perspektif industri, lebih baik impor garam karena rantai pasokannya ringkas. Kalau membeli produk garam lokal, ada tujuh mata rantai dan tiap mata rantai ada biayanya sehingga ketika sampai ke level konsumen jadi lebih mahal," katanya.
Karena itu, menurut Bhima, pemerintah harus punya skema yang jelas agar swasembada garam dapat terwujud.
"Anomali cuaca itu bukan tahun ini saja kok, sudah lima tahun cuaca tidak begitu bagus. Jadi ada banyak hal yang harus direncanakan jauh hari, harus ada roadmap yang jelas soal garam. Bagaimanapun juga garam tetap penting," tutup Bhima.