Senin, 6 Oktober 2025

Pengawalan Pasokan Bahan Pokok oleh Pemerintah Tutup Ruang Spekulan

Komitmen dan kebijakan pemerintah, dinilai mulai terasa menyempitkan ruang spekulasi.

Editor: Sanusi
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
CEK HARGA SEMBAKO - Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Enggartiasto Lukita didampingi Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil meninjau Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jumat (5/5/2017). Dalam kunjungannya ini, Enggartiasto dan Ridwan Kamil menanyakan harga sembako yang dijual di pasar tersebut sekaligus untuk mengecek pasokan dan harga sembako menjelang bulan Ramadan. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komitmen dan kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, dinilai mulai terasa menyempitkan ruang spekulasi.

Sejumlah harga komoditas pokok yang biasanya menjulang akibat kenaikan permintaan menjelang Lebaran, pada tahun ini dapat dijaga relatif stabil.

Walau demikian, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku stres karena harga daging ayam dan telur cepat turun. Permintaan yang tinggi ternyata “dihujani” dengan pasokan yang tinggi pula. Ayam yang belum afkir sudah terlanjur dipotong, sementara ayam petelur terus bertelur. Alhasil oversupply mengakibatkan harga turun.

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Imaduddin Abdullah menjelaskan, penentu harga bahan pokok diliat dari dua faktor, yakni supply dan demand. Biasanya menjelang puasa dan Lebaran, demand pasti naik.

Bukan karena ingin mengonsumsi makan lebih banyak ketika Lebaran, tapi karena dipersepsikan oleh masyarakat bahwa harga bahan kebutuhan pokok menjelang lebaran itu naik, jadi ekspektasinya naik, sehingga orang cenderung untuk beli dulu, untuk mengamankan.

Lalu jika dilihat dari supply-nya, terdapat dua faktor penentu. Pertama adalah dilihat dari kondisi barang komoditas tersebut masuk masa panen sehingga harusnya supply-nya meningkat. Yang kedua, walaupun sudah meningkat tapi ada penimbunan. Yang kedua inilah yang menimbulkan masalah harga bergejolak.

Selain itu, masalah rantai distribusi yang panjang juga mempengaruhi supply sehingga akan mempengaruhi harga juga. Jadi memang tugas pemerintah untuk memastikan supply barang cukup.

Penyelesaian permasalahan spekulan atau yang biasa disebut mafia pangan ini seolah menjadi agenda hisap jempol pemerintah semata. Harga daging sapi misalnya, pada tahun lalu pemerintah dikritik habisan lantaran rakyat baru bisa menikmati daging dengan menukar uang kisaran Rp 130.000 – Rp 150.000 untuk satu kilonya.

Tentu, fenomena anomali, dengan harga yang cenderung turun Lebaran tahun ini bukan berarti mafia pangan atau para spekulan sudah tidak ada lagi. Pasti ada saja yang ingin meraup untung sebesar-besarnya dengan segala cara.

Namun, menurut Imaduddin, pemerintah rupanya berhasil “mengelabui” mafia pangan dengan menjaga supply pasukan bahan pokok, melakukan pengawasan, dan menegakan hukum dengan baik.

Imaduddin melihat bahwa sejumlah kebijakan Kemendag dapat mencegah terjadinya penimbunan dan praktik sejenis. Ketika supply terus ditingkatkan, penimbun ini tidak punya "senjata" lagi. "Senjata" tersebut hanya akan efektif kalau bahan kebutuhan pokok langka, tapi kalau di pasar barang tetap tersedia maka otomatis akan tumpul senjata itu.

Sisi lain yang memperkuat pengawalan harga bahan pokok tahun ini adalah kerja sama pemerintah pusat dan daerah yang baik. Ekonom senior Aviliani menjelaskan, kebijakan kerja sama pemerintah pusat khususnya Kemendag dengan pemerintah daerah dalam hal menjaga stabilitas harga pangan dinilai baik.

"Kebijakan itu patut mendapat dukungan karena memang pemerintah daerahlah yang lebih mengetahui keadaan supply demandnya derah mereka masing-masing," ujar Aviliani ketika dihubungi wartawan di Jakarta (14/6).

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved