Minggu, 5 Oktober 2025

Pengamat: PLN Sebaiknya Fokus ke Target Pembangkit Baru 35.00 MW Ketimbang Garap Bisnis Panas Bumi

"Dalam kondisi sekarang ini, saya ragu PLN bisa fokus mengembangkan energi panas bumi," kata Yusri.

Penulis: Choirul Arifin
KOMPAS IMAGES
Sumber Energi Baru Belum Bisa Diandalkan Johanes Galuh Bimantara 29 Juli 2015 15:34 WIB Ikon jumlah hit 1649 dibaca Ikon komentar 1 komentar JAKARTA, KOMPAS — Indonesia kaya dengan sumber-sumber energi baru dan terbarukan. Namun, sumber energi tersebut masih belum bisa diandalkan untuk memenuhi target pembangunan pembangkit listrik berkapasitas total 35.000 megawatt hingga tahun 2019. Batubara menjadi solusi bagi sumber energi tersebut walaupun tergolong sumber fosil. Pendar lampu menerangi sumur panas bumi yang mengepulkan asap di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, JawaTengah, Sabtu (25/7). Indonesia memiliki potensi panas bumi sebanyak 251 titik yang lokasinya tersebar di sejumlah wilayah termasuk di Jawa Tengah. Hingga saat ini hanya 4 persen yang telah dimanfaatkan dari total keseluruhannya. Kompas/P Raditya Mahendra YasaPendar lampu menerangi sumur panas bumi yang mengepulkan asap di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, JawaTengah, Sabtu (25/7). Indonesia memiliki potensi panas bumi sebanyak 251 titik yang lokasinya tersebar di sejumlah wilayah termasuk di Jawa Tengah. Hingga saat ini hanya 4 persen yang telah dimanfaatkan dari total keseluruhannya. Sambil terus mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT), kebutuhan energi listrik perlu dipenuhi dengan penyediaan batubara sebagai bahan baku dalam negeri. Batubara melimpah di Indonesia, tetapi pemanfaatan dalam negeri masih belum maksimal. Untuk menekan emisi gas rumah tangga pada batubara, perlu peningkatan efisiensi melalui intervensi teknologi. "Jika bisa mengoptimalkan penggunaan batubara, kita berpotensi terhindar dari krisis energi," ujar Kepala Balai Besar Teknologi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Andhika Prastawa, Rabu (29/7), saat temu media di Jakarta. Ia mengatakan, Dewan Energi Nasional menyebutkan cadangan energi nasional hanya cukup untuk kurang dari 20 hari. Padahal, Jepang menyatakan kondisi krisis energi jika ketersediaan energi hanya cukup untuk kurang dari enam bulan. Tahun 2014, BPPT memperkirakan, jumlah pemanfaatan energi dalam 15 tahun mendatang melebihi kemampuan penyediaan secara mandiri, sehingga semakin bergantung pada impor. Hal itu juga berlaku jika Indonesia ingin memanfaatkan gas dalam penyediaan energi listrik. Andhika menuturkan, berdasarkan estimasi dalam Outlook Energi Nasional, dengan konsumsi bahan bakar gas seperti saat ini, konsumsi pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 2.098 miliar kaki kubik (billion cubic feet -BCF). Produksi gas dalam negeri sekarang 2.680 BCF, sehingga Indonesia hanya mampu mengekspor 669 BCF. Dengan demikian, pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia bakal sepenuhnya mengimpor gas. "Karena itu, proyek pembangkit listrik 35.000 MW difokuskan untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara," ujar Andhika. Produksi batubara saat ini sekitar 400 juta ton per tahun, sedangkan konsumsi dalam negeri hanya 23 persen dan 77 persennya untuk ekspor. Petani menuju ladang melewati jaringan pipa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/3). Potensi energi panas bumi di Indonesia diketahui mencapai 28.000 megawatt atau sekitar 40 persen dari total cadangan energi panas bumi dunia. Pemanfaatan panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang masih dilepaskan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil. Kompas/Agus SusantoPetani menuju ladang melewati jaringan pipa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/3/2015). 

PLN saat ini berhasrat mengakuisisi 50 persen saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk masuk ke bisnis panas bumi dengan mengikuti lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat milik Chevron.

Pemerintah menargetkan pembangunan transmisi pada megaproyek 35.000 MW bisa mencapai 46.597 kilometer (km).

Sepanjang 16.079 km transmisi atau mencapai 35 persen sudah memasuki pelaksanaan konstruksi dan sepanjang 26.709 km sudah memasuki masa pra konstruksi.

Transmisi yang sudah beroperasi mencapai 3.809 km atau 8 persen dari target.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved