Pengurangan Subsidi BBM
Pertamina: BBM Itu Bahan Bakar Mahal
PT Pertamina (persero) menilai untuk mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM) membutuhkan biaya besar saat ini
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (persero) menilai untuk mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM) membutuhkan biaya besar saat ini. Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir, BBM bersubsidi adalah BBM yang lebih mahal daripada BBM non subsidi.
"BBM bukan bahan bakar murah tapi bahan nakar mahal, BBM bahkan memusingkan termasuk pemimpin negara kita," ujar Ali Munakir, di seminar Kebijakan Energi yang Mandiri, Kamis (18/4/2013).
Ali pun menilai dengan harga BBM bersubsidi masih di angka Rp 4.500, masyarakat akan terus bergantung kepada Premium. Ali pun menilai kalau pemerintah harus mengubah kebijakan tersebut.
"Ketergantungan BBM harus mulai dikurangi, kebijakan energi pemerintah salah," ungkap Ali.
Dalam penjelasannya Ali mengatakan negara di Asia merupakan konsumen terbesar untuk energi fosil (BBM). Ke depannya kebutuhan energi gas akan menjadi energi primer menggantikan energi fosil.
Ali pun memberikan sebuah solusi kalau energi baru terbarukan harus cepat dikembangkan. Pasalnya jika energi alternatif selain minyak dan gas belum disiapkan, tahun 2020 Indonesia akan kesulitan mendapatkan energi primer.
"Asia menjadi konsumen terbesar minyak, Gas kita di tahun 2020 jadi konsumen terbesar, sedangkan resourches nya menurun. Sebetulnya kita perlu mencari energi alternatif," papar Ali.