Sejumlah Universitas di Australia Gunakan Teknologi AI untuk Cek Tugas Mahasiswa Internasional
Khawatir jika tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa internasional menggunakan bantuan kecerdasan buatan, sejumlah universitas di Australia…
Sophie, seorang mahasiswa internasional asal China di University of Melbourne mengatakan laporan tugas yang dibuatnya baru-baru ini ditandai oleh Turnitin sebanyak 30 persen kemungkinan ditulis oleh komputer.
"Saya kira fungsi AI di Turnitin belum canggih saat ini," kata Sophie yang meminta hanya nama depannya saja yang digunakan.
Dia mengatakan tidak menggunakan program bantuan tata bahasa, penerjemahan dan juga alat bantu teks AI untuk membuat tugasnya.
Menurutnya pihak universitas seharusnya menunggu sampai mereka memiliki program yang lebih akurat dalam mendeteksi kemungkinan adanya kecurangan.
"Banyak teman-teman saya harus membeli Turnitin untuk mengecek tugas mereka sebelum diserahkan," katanya.
"Program detektor AI sudah memberikan dampak besar dalam studi kami."
Juru bicara University of Melbourne mengatakan program Turnitin yang digunakan hanyalah untuk membantu penyelidikan lebih lanjut dan seluruh karya yang dibuat mahasiswa "haruslah dibuat sendiri".
Situs universitas tersebut mengatakan program detektor sudah digunakan sehingga "kami bisa sepenuhnya menguji program tersebut dan secara aktif memberikan masukan kepada Turnitin".
"Ini bisa berarti program tersebut keliru mengidentifikasi laporan yang dianggap dibuat oleh AI padahal tidak," kata situs tersebut.
"Kalau anda diminta untuk berdiskusi lebih lanjut atau menjelaskan beberapa bagian dari tugas Anda, harap dimengerti ini bukanlah tuduhan adanya pelanggaran akademis."
Wakil presiden Turnitin untuk kawasan Asia-Pacific, James Thorley, mengatakan perusahaannya bekerja keras untuk memastikan kesalahan deteksi terjadi seminimal mungkin.
"Tujuan awal kami dalam mengeluarkan program adalah untuk bisa mendeteksi teks yang dibuat menggunakan ChatGPT," katanya.
"Ini semua masih baru. Kami masih belajar dan kami melakukan perubahan dan adaptasi dengan keadaan."
Mahasiswa diperlakukan seperti 'penjahat'
Pakar AI dari UNSW, Toby Walsh, termasuk yang meragukan kemampuan program detektor AI untuk mengecek apakah laporan mahasiswa dibuat oleh mesin atau tidak.
Professor Walsh mengatakan program AI, termasuk untuk mengecek terjemahan dan tata bahasa bisa menjadi alat bantu belajar penting bagi siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.