Senin, 6 Oktober 2025
ABC World

Sejumlah Universitas di Australia Gunakan Teknologi AI untuk Cek Tugas Mahasiswa Internasional

Khawatir jika tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa internasional menggunakan bantuan kecerdasan buatan, sejumlah universitas di Australia…

Professor Zou mengatakan banyak program detektor AI yang ada sekarang ini menggunakan algoritma yang melihat "kompleksnya" kalimat yang ditulis.

"Bila ada banyak kata-kata canggih, maka dianggap sebagai tulisan yang bagus," katanya.

Tulisan yang dibuat oleh mahasiswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua sering kali dianggap "tidak benar", kata Professor Zhou, karena tidak menggunakan kata-kata atau kalimat yang kompleks.

Banyak juga mahasiswa internasional menggunakan program penerjemahan atau pembantu pengecekan tata bahasa.

Menurut Professor Zhou  algoritma program penerjemahan tersebut akan membuat tulisan menjadi sederhana, dan program detektor kemudian akan melihat tulisan seperti itu ditulis kecerdasan buatan.

"Hasil penelitian kami menyerukan adanya pembicaraan lebih serius mengenai dampak etis penggunaan alat detektor ChatGPT  dan tindakan berhati-hati dalam penggunaan untuk melakukan penilaian di dunia pendidikan," kata laporan tersebut.

Li yang kuliah di University of New South Wales (UNSW) di Sydney mengecek esai yang dibuatnya menggunakan ZeroGPT, salah satu program yang masuk dalam penelitian Stanford.

Juru bicara ZeroGPT mengatakan program mereka akurat dan tidak bias terhadap "penulis yang bahasa ibu-nya bukan bahasa Inggris" dan perusahaan tersebut "selalu berusaha memperbaiki layanan mereka".

UNSW menggunakan program Turnitin untuk mengecek esai yang dibuat oleh mahasiswa.

Juru bicara UNSW mengatakan program tersebut membantu para dosen "dalam memantau penggunaan AI yang tidak mendapat otorisasi dalam karya mahasiswa".

"Deteksi awal tidaklah menjadi bukti kuat adanya kecurangan dan tidak otomatis berarti adanya pelanggaran. Ini hanya menjadi penanda perlu ada penyelidikan lebih lanjut," kata juru bicara tersebut.

Setelah Li mengecek esainya di ZeroGPT dia menghabiskan waktu untuk menulis kembali esainya yang ditandai oleh detektor sebagai tulisan yang dibuat oleh komputer.

Tetap saja ia masih mendapat "nilai yang sangat rendah" dari laporan yang dibuatnya.

"Dosen mengatakan kepada saya bahasa yang saya gunakan sulit dimengerti," kata Li.

"Namun tidak banyak yang bisa saya lakukan. Saya harus menurunkan dari angka yang disebutkan dalam AI".

Program baru ini memberikan dampak besar

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved