Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

LGBT Indonesia Bebas Ekspresikan Diri di Australia Lewat Mardi Gras

Komunitas LGBT asal Indonesia di Australia mengekspresikan diri lewat parade Mardi Gras dan menjadi drag queen, sebuah hal yang sulit…

Adhi cukup terbuka tentang kehidupannya sebagai gay di media sosial namun belum membuka soal itu kepada keluarganya.

"Selama masih ada ibu saya, tidak akan mungkin terbuka saya. Susah, saya tidak mau dia jadi sedih dan berlarut-larut," kata Adhi yang datang ke Australia pada tahun 2015 dengan visa bekerja dan berlibur (WHV).

Saat ini Adhi mengantungi visa pelajar karena sedang belajar commercial cookery sampai tahun 2022.

Setelah lulus sekolahnya ia berencana mengambil visa subclass 485 yang memungkinkan dirinya tetap di Australia sampai dua tahun, hingga tahun 2024 dan kembali ke Indonesia.

"Sepuluh tahun di Australia cukup. Saya memang sejak awal tidak punya keinginan menetap permanen di Australia," kata Adhi.

"Banyak orang berpikir sebagai gay, pasti di Australia lebih enak kalau ingin mencari pasangan orang kaukasia. Tapi saya tidak mencar itu. Mungkin saya ini produk LGBT yang gagal," kata Adhi sambil tertawa.

Adhi mengatakan, persepsi umum lainnya memandang relasi gay adalah semata-mata seksual.

"Mungkin 99 persen hubungan gay adalah tentang seksual. Tapi saya tidak tertarik lagi dengan itu," kata Adhi.

"Sekarang saya lebih senang mencari teman, bergaul di komunitas yang kecil. Mungkin karena dulu di Indonesia saya pernah menjalani orientasi yang sangat seksual, mencari pasangan seperti makan obat tiga kali sehari."

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved