Jumat, 3 Oktober 2025

Defisit APBN 2013 Diperkirakan Menurun

Defisit neraca perdagangan pada tahun ini diperkirakan akan menurun ketimbang tahun lalu.

Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Defisit APBN 2013 Diperkirakan Menurun
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Petugas mengisi bahan bakar premium di SPBU kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/11/2012). Realisasi konsumsi BBM bersubsidi di sejumlah tempat per November 2012 telah melampaui kuota APBN Perubahan 2012. Hal ini memicu terjadinya kelangkaan ketersediaan Premium.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Defisit neraca perdagangan pada tahun ini diperkirakan akan menurun ketimbang tahun lalu. Agus Martowardjoyo, Menteri Keuangan RI, mengatakan targetnya adalah defisit neraca berjalan mencapai 1,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sedangkan defisit pada tahun lalu mencapai 1,89 persen.  

Ia mengatakan defisit akan dicapai seiring dengan ekspetasi menurunnya harga minyak dunia yang semakin menurun. Pada APBN 2013, pemerintah mematok harga ICP sebesar 100 dolar AS per barel dan saat ini harga ICP baru mencapai  106 dolar AS tetapi berdasarkan asumsi tahun lalu, sudah mencapai 113 dolar AS.

"Dari perkembangan kedepan diharapkan ada di kisaran 100-105 dolar AS, namun karena baru mencapai 106 dolar AS maka belum ada kenaikan yang berarti," katanya.

Untuk melakukan ini pemerintah akan berkordinasi dengan  menjaga forum kstabilitas sistem keuangan (FSSK)  dan komunikasi secara rutin pada saat normal dan krisis dan bank indonesia serta OJK akan menata micro prudential dengan baik.  

Hal ini juga bisa dilakukan dengan menjaga kepercayaan dunia terhadap indonesia dan investor. "Kita harus benar - benar menguatkan kordinasi dan berusaha mengantisipasi krisis dunia," kata Agus.  

"Kordinasi perlu ditingkatkan dan awal Februari lakukan simulasi dengan Toronto Center untuk menguji stabilisasi dan mendorong perpu untuk Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) agar mempunyai ikat pinggang yang kuat," katanya  

Ia juga mengatakan APBN 2013 juga memasukan pasal untuk mengantisipasi krisis dengan untuk menggunakan dana SAL dan dana melalui kerjasama internasional Chiang Mai Initiative (CMI) sebesar 240 miliar dolar AS, dan beberapa negara sahabat stand by loan sebesar 50 miliar dolar AS untuk kesehatan fiskal."Dana ini cukup untuk mengantisipasi krisi dunia," katanya.  

Baca juga:

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved