Pengusaha Konfeksi Cemaskan Tarif Listrik
Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen membuat sejumlah pengusaha konfeksi di Desa

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen membuat sejumlah pengusaha konfeksi di Desa Padasuka, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, khawatir. Mereka khawatir kenaikan itu akan berdampak pada kenaikan harga pendukung konfeksi lainnya.
Ketua Forum Komunikasi Konfeksi Padasuka (FKKP), Asep Zaenal, mengatakan, bagi pengusaha konfeksi kenaikan TDL sebesar 15 persen itu lumayan berat walaupun bertahap selama tiga bulan.
"Kenaikan sumber daya energi, pasti dampaknya yang kami khawatirkan. Seperti kenaikan biaya produksi, upah karyawan, dan kenaikan bahan baku konfeksi itu sendiri," katanya kepada Tribun, Rabu (2/1/2012) siang.
Dia mengatakan, apalagi pemasok bahan baku konfeksi memang sudah menaikkan harga pada Januari ini. Kenaikan harga itu sudah dikabarkan satu bulan sebelumnya, dan cukup memberatkan pengusaha ditambah kenaikan TDL yang berlaku 1 Januari ini.
"Bahan baku sudah dikabarkan akan naik pada bulan ini. Tapi belum tahu, berapa kenaikannya. Baru kabar sejak bulan lalu. Kalau semua naik seperti ini, kami juga bingung, bagaimana agar bisa bertahan," kata pria berusia 34 tahun ini.
Kalau harga barang dinaikkan minimal 10 persen, dipastikan konsumen enggan menerima dan berakibat omzet pengusaha yang menurun drastis. Para pengusaha pun baru akan melakukan penghitungan ulang dengan berlakunya TDL pada bulan ini.
"Pasti ada perubahan omzet atau menurun. Listrik bisa bertahap naik, tapi kami tidak mungkin. Saya belum tahu berapa penurunan omzet karena harus melihat pasar lebih dulu dan juga peningkatan biaya produksi," ujar Asep.
Dia mengaku sejak dua pekan lalu kondisi pasar sedang lesu. Di antara para pengusaha konfeksi sendiri juga belum ada perbincangan untuk menyikapi kenaikan TDL. Namun, tidak tertutup kemungkinan kenaikan itu bisa membuat kolaps pengusaha dalam jangka panjang. Saat ini di Padasuka ada 516 pengusaha konfeksi, dengan rata-rata pemakaian listriknya di atas 1.300 kwh
"Kalau langsung kolaps sepertinya belum. Itu jangka panjang, bisa saja. Kan kenaikan TDL itu pasti berdampak pada kenaikan harga lainnya. Kalau hanya TDL yang naik, tidak terasa. Tapi semua ikutan naik," ujarnya.
Di Jakarta, akhir pekan lalu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G. Ismy, mengatakan industri tekstil serta garmen terancam melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) serta menaikkan harga jual setelah pemerintah menaikkan tarif dasar listrik rata-rata 15 persen. "Kenaikan TDL memberatkan, apalagi terjadi di saat kami masih berjibaku dengan kenaikan upah buruh," kata Ernovian.
Ernovian sendiri belum bisa memastikan besaran kenaikan harga jual setelah kenaikan upah buruh dan tarif TDL ini.
Sebelumnya, pemerintah memastikan akan menaikkan tarif listrik mulai 1 Januari 2013. Kenaikan dilakukan secara bertahap setiap 3 bulan dengan besaran kenaikan total 15 persen. Pada tiga bulan pertama, kenaikan tarif mencapai 4,3 persen.
Namun demikian kenaikan TDL berbeda untuk setiap pelanggan. Pelanggan rumah tangga dengan daya 450-900 volt ampere (VA) tidak mengalami kenaikan, tapi pelanggan rumah tangga, bisnis, dan pemerintah dengan daya 6.600 va atau lebih harus membayar harga keekonomian. Harga keekonomian yaitu biaya pokok produksi Rp 1.261 per kwh ditambah margin 7 persen.(Tribn Jabar/guy/tco)
Baca juga:
- Tata Motors Indonesia Perkenalkan Kendaraan Komersial
- BEI Targetkan Transaksi Harian Rp 5,5 Triliun
- IHSG Langsung Menaik 0,25 persen
- Wapres Buka Perdagangan Saham 2013