Sabtu, 4 Oktober 2025

Mantan Pejabat Malaysia Menghina Habibie

JK Sarankan Tulis Kritik Keras Pada Penghina Habibie

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, menyarankan, balik menulis sangkalan bernada keras pada mantan Menteri Penerangan Malaysia

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto JK Sarankan Tulis Kritik Keras Pada  Penghina Habibie
Jusuf Kalla

TRIBUNNEWS.COM  BANTUL,  - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, menyarankan,  balik menulis sangkalan bernada keras pada mantan Menteri Penerangan Malaysia, Zainudin Maidin karena telah menulis opini yang menghina mantan Presiden RI Ketiga, BJ Habibie.

Tulisan Zainudin tersebut dimuat dalam artikel surat kabar Utusan Malaysia. Ia menyebut BJ Habibie sebagai The Dog of Imperialism.

"Kita tidak usah terlalu emosional menanggapi tulisan yang berupa opini pribadi. Kalaupun mau protes, silahkan kritik kembali yang bersangkutan (Zainudin Madin. Red) dengan tulisan yang bernada keras," ujarnya saat menghadiri peresmian Student Entrpreneurship and Business Incubator (SEBI) di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (13/12/2012).

Selain itu, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) ini juga menilai,  
hinaan terhadap mantan Presiden BJ Habibie tersebut adalah
bagian dari demokrasi yang terbuka.

"Ya ini konsekuensi dari negara Demokrasi yang terbuka. Kalau mau tulis kembali kritik dan harusnya sesuai UU Pers, media Harian Utusan wajib memuat tanggapan atas pernyataan mantan menteri
Penerangan Malaysia tersebut," jelas JK panggilan akrabnya.

Bahkan menurutnya,  tak hanya media Malaysia saja yang sering menulis secara kejam terhadap para pejabat di negerinya. Namun juga media tanah air juga sering menulis berita yang mungkin lebih kejam dari apa yang sekarang menjadi polemik tersebut.

" Media kita bahkan mungkin lebih kejam, menulis keras kepada Presiden RI," tandasnya.

JK menjelaskan, sebenarnya polemik ini muncul lantaran persoalan politik domestik negeri jiran tersebut.  "Masalahnya antara partai yang berkuasa dan partai oposisi. Kebetulan saja Bapak Habibie menghadiri undangan dari Anwar Ibrahim (pihak oposisi. Red), sehingga dikaitkan dengan persoalan politik domestik tersebut," paparnya.

Oleh karenanya, ia pun berharap kasus penghinaan kepada
mantan Presiden BJ Habibie tidak perlu ditanggapi secara berlebihan oleh rakyat Indonesia. Apalagi sampai ada desakan penarikan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia.

"Beliau saja (BJ Habibie. Red) menanggapi pemberitaan dalam
era demokrasi terbuka sangat wajar dan tidak perlu emosi karena rakyat Indonesia sudah cerdas. Jadi tak perlu dilebih-lebihkan," imbuhnya.

Ketegangan hubungan bilateral kedua negara antara Indonesia dan Malaysia kembali menghangat tatkala dalam sebuah artikel surat kabar harian Utusan Malaysia, tertanggal, Senin, 10 Desember lalu, menyebutkan BJ Habibie adalah presiden Indonesia tersingkat yang tersingkir karena mengkhianati negaranya.

Bahkan dalam artikel yang ditulis Zainudin Madin itu, menyebut Habibie sebagai The Dog of Imperialism atau anjing imperialisme.(yud)

Baca  Juga   :

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved