Jumat, 3 Oktober 2025

Ibadah Haji 2012

Sepotong Indonesia di Tanah Suci

Serasa di Indonesia. Berjalan-jalan di Masjidil Haram dan sekitarnya tak perlu khawatir. Suasananya terasa benar-benar Indonesia karena

Penulis: Dahlan Dahi
Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Sepotong Indonesia di Tanah Suci
TRIBUN BATAM/CANDRA P PUSPONEGOROegoro
Umat Muslim memadati Kabah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Jumat (3/8/2012).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dahlan Dahi dari Mekah

TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Serasa di Indonesia. Berjalan-jalan di Masjidil Haram dan sekitarnya tak perlu khawatir. Suasananya terasa benar-benar Indonesia karena banyaknya orang Indonesia, orang asing yang bisa berbahasa Indonesia, makanan Indonesia, dan simbol-simbol Indonesia.

Saya membeli sim card di sekitar Masjidil Haram. Penjualnya seorang pria separuh baya, mengunyah sirih--gigi dan sebagian bibirnya berwarna merah--berkulit hitam.

"Halo, apa kabar?" pria itu menyapa. Belakangan saya tahu, pria yang lancar berbahasa Indonesia itu ternyata orang Bangladesh.

Di outlet money exchange (begitu orang Saudi menyebut money changer, tempat penukaran uang), pelayannya seorang Arab. Eh, dia pula lancar berbahasa Indonesia. Jadilah proses menukar uang rupiah ke real Saudi berjalan lancar.

Keluar dari money exchange, sebuah papan besar dengan latar belakang warna merah mencolok bertuliskan "Restoran Indonesia".

Baru saja melongok ke dalam, dua orang anak muda tertawa girang sambil berkata, "Ayo, bakso, bakso.... Enak."

Saya menduga anak-anak muda yang riang gembira itu wong Malang atau Solo. Maklumlah, bakso enak identik dengan dua kota itu.

"Tidak, Mas. Kami dari Madura," hmmm.... Anda bisa membayangkan bagaimana logat Madura dicampur dengan logat Arab. Sedap!

Kami tinggal di hotel transit sekitar dua kilometer dari Masjidil Haram. Makanannya tiga kali sehari, masakan Sunda. Pengelola kateringnya orang Sunda.

Seorang anak muda dari Lombok saya temui di Masjidil Haram, berseragam biru tua dan memegang sapu serta alat mengepel lantai. Dialah petugas kebersihan Masjidil Haram.

Begitulah. Indonesia sangat populer di Tanah Haram. Bahkan di sebuah toko, dindingnya dihiasi bendera Merah Putih.

Penjual kaset atau CD memutar ngaji, terkadang khutbah. Eh, khutbahnya pun dalam Bahasa Indonesia.

Di sekitar Masjidil Haram saya menemukan beberapa restoran internasional. Katakanlah restoran Turki atau Pakistan. Di antara restoram-restoran itu cukup banyak restoran Indonesia.

Dapat dimaklumi bagaimana Indonesia--cita rasa maupun bahasanya--begitu populer di Tanah Haram. Setiap tahun, lebih 200 ribu jamaah haji reguler dari Indonesia melaksanakan ibadah haji. Jumlah itu belum termasuk sekitar 17 ribu jamaah haji melalui ONH Plus.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved