Harga Tembakau di Situbondo Terus Anjlok, Petani Merugi
Turunnya harga sampai 50 persen pak. Mungkin karena sekarang ini banyak tembakau yang dipanen,

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA- Para petani tembakau di Kabupaten Situbondo, Jwa Timur, mengeluhkan harga tembakau yang semakin merosot.
Kondisi ini akan menyebabkan para petani tembakau akan terpuruk dan dapat dipastikan petani mengalami kerugian yang cukup besar.
Belum diketahui penyebab anjloknya harga tembakau selama satu bulan terakhir ini, namun anjloknya harga tembakau disinyalir karena banyaknya petani yang menanam dan memanen tembakau dimusim kemarau tahun ini.
“Turunnya harga sampai 50 persen pak. Mungkin karena sekarang ini banyak tembakau yang dipanen, sehingga harganya turun,” ujar Dondin, salah seorang petani temabakau di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Rabu (19/9/2012)
Selain itu, petani juga mengeluhkan pupuk yang mahal serta sulitnya untuk mendapatkan air irigasi untuk mengairi lahan tembakaunya.
“Karena tidak dapat air daun tembakau tidak akan lebar, akan tapi daunnya akan kecil. Ini juga akan mempengaruhi terhadap harga,” katanya.
Selain daunnya mengecil, banyak tembakau petani yang menjadi ontelan atau tembakau yang mengering di sawah. Sehingga harganya perkilonya akan semakin murah, yakni berkisar antara Rp 200 – 250, dari harga sebelumnya sebesar Rp 350 per kilogram.
“Kalau tidak diambil, kami tambah rugi, Pak, jadi walaupun tidak balik modal yang rusak pun kami ambil juga, siapa tahu laku,” ujar Bu Aminah salah seorang petani tembakau yang lain.
Sedangkan harga tembakau berjenis ekspor itu sekarang menjadi Rp 400 dari sebelumnya yang mencapai Rp 600 perkilogramnya. Sedangkan tembakau berjenis lokalan (tembakau terbaik), seharga Rp 750 – 850 per kilogramnya dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 1200 per kilogram.
Turunnya harga tembakau juga dipengaruhi oleh warna kuning yang terang atau banyak bintik. Jika daun tembakau berwarna kuning terang, maka bisa saja harganya tetap tinggi, tetapi untuk saat ini rata-rata tembakau kelas A hanya seharga Rp 900 perkilogramnya,
“Tapi kalau rusak paling harga cuma Rp 700 pekilogam,” pungkasnya.