Penembakan Solo
Wakil Ketua Komisi III DPR: Intel Polri di Solo Lemah
selama ini intel Polri belum mampu berkontribusi di bidangnya antisipasi gangguan keamanan, termasuk aksi teror.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Tjatur Sapto Edy mengatakan, harus ada penambahan personel Badan Intelijen Negara (BIN) di Solo. Tjatur menilai, selama ini intel Polri belum mampu berkontribusi di bidangnya antisipasi gangguan keamanan, termasuk aksi teror.
"Perlu ditambah intelijen negara untuk back-up intelijen Polri. Sebab, intelijen Polri lemah. Tidak bisa Polri sendirian dengan kekuatannya yang minim," kata Tjatur, Sabtu (1/9/2012).
Hal tersebut disampaikan Tjatur menyusul adanya beberapa aksi teror ke petugas kepolisian di Solo dalam beberapa pekan terakhir, termasuk penembakan kepada anggota kepolisian di Pos Polisi Mall Singosaren Solo pada Kamis (30/8/2012) malam kemarin.
Menurut Tjatur, selain penambahan intelijen negara, pemerintah juga perlu mengambil langkah-langkah soft power untuk mencegah gerakan terorisme di tanah air.
Polri sudah melansir bahwa penyergapan tim Densus 88 kepada dua orang, Farhan dan Mukhsin, di Jalan Veteran I, Kelurahan Tipes, Solo, Jateng, pada Jumat (31/8/2012) malam, adalah karena keduanya terlibat dalam pelemparan granat dan penembakan anggota di pos polisi di Solo pada beberapa hari lalu.
Penyergapan yang mendapatkan perlawanan dengan senjata api itu mengakibatkan kedua tersangka tewas dan seorang anggota Densus 88, Bripda Suheman, juga meninggal dunia setiba di rumah sakit.