Komunitas BMX: Semakin Tambah Luka Semakin Membanggakan
Ruas jalan yang menjadi tempat favorit bagi para biker adalah di timur perempatan Ngarsopuro.

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Setiap pekan, para pengunjung Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi selalu disuguhi atraksi dari berbagai komunitas sepeda BMX. Para biker ini menggunakan CFD sebagai “panggung” untuk pamer trik baru menunggangi BMX. Uniknya, tak satupun dari mereka mau menggunakan pelindung tubuh karena ingin menambah luka.
Ruas jalan yang menjadi tempat favorit bagi para biker adalah di timur perempatan Ngarsopuro. Di lokasi ini, puluhan ABG yang tergabung dalam Solo Street BMX (O2 BMX) sering pamer keahlian mengendarai BMX gaya bebas (free style).
"Di Solo tak ada tempat khusus untuk latihan BMX. Makanya teman-teman menggunakan CFD ini untuk latihan dan tampil," kata anggota Solo BMX, Jerry Anggoro, Minggu (29/7/2012).
Di tempat itu, tertata rapi sejumlah peralatan yang menjadi alat bantu atraksi yakni rail grind, box grind, papan kayu, dan lain-lain. Bergantian dengan anggota lain, Jerry mulai mencoba trik menjadikan rail grind yang berupa pipa besi mirip later U itu untuk jalan. Jika berhasil, roda sepeda akan meniti pipa sepanjang 2 meteran berketinggian sekitar 50 centimeter itu.
"Namun, jika gagal menaklukkan rintangan bisa celaka. Karena bisa-bisa hilang keseimbangan lalu terjatuh luka lecet atau patah tulang," kata remaja yang saat ini bersekolah di SMKN 8 Solo ini. Jerry pun ancang-ancang memacu sepedanya dengan kecepatan tinggi. Ketika tiba di depan rail grind, ia men-jumping-kan sepedanya agar kedua roda bisa tepat melaju diatas pipa.
Meski remaja 17 tahun ini berhasil mendarat tepat di rail grind, namun saat baru melewati setengah panjang pipa, roda depannya terpeleset. Ia dan sepedanya pun terjatuh tersungkur di aspal. Akibatnya lutut kanannya lecet dan berdarah. Padahal di bagian tubuh lain, terdapat sejumlah luka sama yang belum sembuh.
"Luka jatuh saat mencoba jurus baru adalah hal biasa. Semakin tambah luka, semakin membanggakan," katanya sambil tertawa.
Ainot Wijaranko, Ketua Solo BMX menambahkan, luka lecet atau patah tulang saat mencoba dan menciptakan trik baru bisa dikatakan sebagai syarat. Meski rawan jatuh, anggota komunitasnya tak satupun mengenakan helm, pelindung lutut, pelindung siku, dan pengaman lainnya.
"Soalnya kalau pakai pelindung, nanti pasti ada yang nyeloteh ‘pakai sabuk pengaman sekalian’," katanya tersenyum.
Meski tak ada larangan untuk mengenakan pengaman tubuh, tetap saja tak ada anggota komunitas yang memakainya.
"Dibilang cemen lebih menyakitkan ketimbang luka jatuh," kata Ainot tertawa keras.
Tak adanya tempat latihan khusus membuat rekan-rekannya berlatih di sembarang tempat jika tak di CFD. Kadang, apa saja yang dianggap menantang akan dijadikan sebagai rintangan mulai dari halte bus, trotoar, taman, hingga rel kereta. (dik)
Baca Juga: