Banyak Rekayasa Berbau Politik, Survei Kini Tak Ilmiah Lagi
Keberadaan survei kini sudah bergeser jauh dan kerap dipergunakan untuk mempengaruhi persepsi publik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberadaan survei kini sudah bergeser jauh dan kerap dipergunakan untuk mempengaruhi persepsi publik demi pengambilan sebuah keputusan politik.
"Memalsukan hasil, merekayasa metode, sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik terhadap kandidat tertentu," kata Peneliti Pride Indonesia, Agus Herta Sumarto saat acara diskusi di Wisma Kodel, Jakarta, Selasa(17/7/2012).
Menurut Agus, saat survei sudah tidak lagi berdasarkan metode ilmiah, maka demokrasi yang ada menjadi cacat.
"Survei sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik dan dapat mengubah opini publik, apabila survei sudah tidak berdasarkan metode ilmiah maka akan dihasilkan demokrasi yang cacat," katanya.
Sejatinya lanjut Agus, survei merupakan bagian dari metode ilmiah yang merupakan cara mengumpulkan data atau informasi secara ilmiah dengan tujuan tertentu, karakteristik keilmiahan atau keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis.
Berdasarkan analisis potensi ekonominya, tambah Agus lembaga survei sudah kehilangan jati dirinya, pilihannya ada dua yakni tetap berada dalam kaidah keilmuan atau untuk berdagang.
"Kalau dilihat dari potensi ekonominya kita hitung saja, Rp 150 juta x 3 pasang x 3 kali x 530 kabupaten/kota + provinsi = Rp 715,5 miliar," pungkasnya.