Santri Darussalam Tewas Tenggelam Saat Berlibur
Remaja asal Bung Tujoh, Kecamatan Montasik itu ditemukan meninggal setelah tenggelam di Air Terjun Suhom, Gampong Krueng Kala
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Fakisa Nabila (14), santri Pesantren Darussalimah, Kecamatan Montasik, Aceh Besar, yang sedang mengisi masa liburan bersama temannya, bernasib malang.
Remaja asal Bung Tujoh, Kecamatan Montasik itu ditemukan meninggal setelah tenggelam di Air Terjun Suhom, Gampong Krueng Kala, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, Sabtu (23/6/2012) siang.
Informasi diperoleh Serambi (Tribun Network), peristiwa itu terjadi sekira pukul 10.30 WIB saat objek wisata tersebut sedang ramai dikunjungi warga. Korban yang dilaporkan baru beberapa saat tiba bersama teman dan para pengasuhnya di lokasi itu, langsung mandi dengan tiga temannya.
Awalnya, diketahui korban dan tiga santri lainnya itu mandi di tepian. Tapi tanpa sadar mereka terseret ke salah satu titik pemandian yang dilarang, terutama bagi pengunjung yang tidak bisa berenang. Berawal dari situlah kepanikan muncul.
"Pengunjung sempat melihat anak-anak itu melambaikan tangan. Tapi, dikira anak-anak itu sedang bercanda. Padahal mereka berusaha meminta bantuan," kata Kapolres Aceh Besar, AKBP Sigit Kusmardjoko melalui Kapolsek Lhoong, Ipda Burhanuddin Mega, kepada Serambi.
Kemudian, Zainun, salah seorang warga yang sedang ada di sana, memahami keadaan tersebut. Lalu ia langsung memberi pertolongan. Namun, Zainun hanya mampu menyelamatkan tiga dari empat santri yang tenggelam tersebut.
Sementara Fakisa Nabila baru ditemukan beberapa saat kemudian. Santri tersebut segera dilarikan ke Puskesmas Lhoong. Namun ia menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju puskesmas.
"Setelah divisum jenazah telah dibawa pulang ke desanya di Bung Tujoh. Kami mengimbau seluruh pengunjung agar lebih berhati-hati. Tolong diperhatikan plang dan rambu di lokasi yang dilarang untuk mandi," pinta Burhanuddin Mega.
Sementara itu Ketua Pengelola Air Terjun Suhom, T Anwar yang dikonfirmasi menyayangkan kejadian tersebut.
"Kami menyayangkan kejadian ini terulang lagi. Tapi, kami sudah memasang tanda di sejumlah titik yang kedalamannya tak kurang dari delapan meter. Kami juga sudah memasang plang larangan mandi, tapi masih banyak pengunjung yang tidak peduli," ungkap Anwar.
Anwar menduga kemungkinan korban dan temannya yang ikutan mandi pada saat itu tidak melihat jelas plang tersebut. Dia pun berharap pengunjung untuk lebih berhati-hati. Pemerintah Kabupaten Aceh Besar juga diharapkannya bisa memberi perhatian untuk objek wisata ini, baik untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung.
"Seingat saya, mulai tahun 1982 hingga sekarang, sudah ada delapan orang yang meninggal dunia. Ini perlu respons serius dari Pemkab Aceh Besar. Ini juga menjadi harapan seluruh masyarakat di Kecamatan Lhoong," ujar Anwar. (mir)
Berita Lainnya: