Marzuki: Soal Negara Gagal, Ada Agenda Terselubung
Marzuki Alie, tak yakin hasil survei lembaga FFP tentang Indeks Negara Gagal (Failed States Index) 2012 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-63
Marzuki Alie Duga Lembaga Indeks Negara Gagal Punya Agenda Terselubung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI, Marzuki Alie, tak mempercayai hasil survei lembaga Fund for Peace (FFP) tentang Indeks Negara Gagal (Failed States Index) 2012 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-63 dari 178 negara. Sebab, kenyataannya Indonesia mampu mengatasi krisis ekonomi 1998 dan pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang sukses dan diapresiasi oleh negara-negara dunia.
Karena itu, Marzuki menduga lembaga yang berbasis di Amerika itu punya agenda terselubung.
"Bagaiamana kita bersama-mana mengatasi kemiskinan, juga seperti yang sduah dilakukan selama reformasi ini seolah-olah tidak ada sama sekali dan lebih mempercayai orang luar negeri yang dengan tanda kutip kadang kala penya agenda terselubung. Kita sendiri tidak mempercayai IMF (International Menetary Fund). Tapi, ketika ada orang dari luar memberi nilai langsung percaya. Kenap kita tidak pecaya iMf saja, kita jangan double standart (standar ganda)," kata Marzuki di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/6/2012).
Meski begitu, Marzuki mengakui masih ada kesenjangan ekonomi, yakni masih banyaknya warga Indonesia yang miskin.
Dari sektor keamanan, Marzuki menilai Indonesia saat ini relatif lebih aman. Itu terlihat dengan tidak adanya aksi terorisme berupa pengeboman. Dari sektor pendidikan, sudah sampai minimal sekolah menengah atas 12 tahun. Di sektor kesehatan, Indonesia akan memberikan jaminan kesehatan tak terbatas (BPJS) di seluruh provinsi pada 2013. "Jadi, banyak sekali kemanjuan yang perlu kita apresiasi. Kok, kita langsung apresiasi penialain orang yang pada dasarnya tidak jelas tujuan dan agendanya. Fund for Peace baru dengar sekarang," ujarnya.
Menurut Marzuki, dengan kemajuan di berbagai aspek kehidupan itu, seharusnya masyarakat Indonesia bangga bisa menjadi bangsa yang sukses kendati masih belum sempurna.
"Kita akui memang belum sempurna. Menuju ke sana butuh waktu. Membangun negara besar wilayah yang terpencar-pencar, terdiri dari pulau-pulau. Dan itu butuh waktu, tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan, apalagi politik kita juga ikut berkontribusi, kadang kala pemerintah tersandra. Demikian pula kebesan pers yang luar biasa yang tidak ada di dunia ini. Indonesia sangat bebas sekali. Ini kan kemajuan luar biasa, kok kenapa kita percaya dengan predikat yang tidak jelas agendanya, tapi tahu-tahu muncul FFP. Saya enggak mengerti," ucapnya.
Menanggapi rilis FFP yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-63 negara gagal itu, Marzuki pun menduga ada pihak asing yang tidak senang dengan kemajuan Indonesia.
Marzuki yang juga berasal dari parpol pengusung pemerintah, menyarankan pemerintahan SBY-Boediono untuk cukup mendengarkan saja hasil survei PFF tersebut. Ia berharap hal ini tidak menjadi polemik bangsa. "Kritik orang kita dengarkan, yang tidak betul kita perbaiki. Yang penting, itu bukan indikator bagi negara suatu kegagalan," ujarnya.
"Kalau ada masalah keadilan masih kurang, mari kita perbaiki. Itu tugas kita semua agar bagaimana peradilan bisa tidak diskriminasi dan tebang pilih," imbuhnya.
(Abdul Qodir)
baca juga: