Selasa, 30 September 2025

Sepak Bola Jepang: Bukti Ketahanan dan Semangat Juang Bangkit dari Masa Kelam Perang Dunia II

Di balik skor 6-0, terdapat perjalanan panjang Jepang membangun sepak bola dari nol, bangkit dari reruntuhan bom atom, hingga ke level dunia.

Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS/
KALAH TELAK - Pesepak bola Timnas Indonesia, Dean James (kanan) membawa bola melewati pesepak bola Jepang pada pertandingan terakhir Grup C Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Suita City Football Stadium, Suita, Selasa (10/6/2025). Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Jepang setelah kalah telak dengan skor 0-6. TRIBUNNEWS/HO/PSSI 

TRIBUNNEWS.COM - Langit Osaka dan ribuan suporter Timnas Indonesia harus menjadi saksi kekalahan telak 6-0 Sang Garuda dari Jepang. Namun, di balik skor tersebut, terdapat perjalanan panjang Jepang membangun sepak bola dari nol, bangkit dari reruntuhan bom atom, hingga kini bersaing di level dunia. 

Siapa sangka, di balik gemerlap J.League (liga domestik) dan tim nasional Jepang yang kini sering tampil di panggung dunia, terdapat kisah panjang perjuangan sepak bola Negeri Sakura. 

Dari masa-masa kelam Perang Dunia II, hingga titik awal kebangkitan dan kini bertengger di urutan 15 ranking FIFA, sepak bola Jepang telah menempuh perjalanan penuh liku. 

Sepak bola Jepang telah menjadi bukti dari sikap disiplin, ketahanan dan semangat juang yang tinggi, adalah modal yang cukup untuk bisa bangkit dari kegelapan. Indonesia bisa menirunya, lho! Kalau mau… 

Sempat Terhenti karena Perang dan Bom Atom

Jauh sebelum era modern, sepak bola pertama kali dikenal masyarakat Jepang pada akhir abad ke-19. Mulanya diperkenalkan di lingkungan pendidikan militer, seperti Akademi Angkatan Laut Tokyo, yang kemudian menyebar ke para pemuda di tingkat SMP dan SMA. 

Keinginan Jepang untuk membuka diri ke dunia luar juga menjadi faktor perkembangan sepak bola, dengan Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) resmi gabung FIFA pada Mei 1929. 

Hanya butuh enam tahun, yakni pada Olimpiade Berlin 1936, tim nasional sepak bola Jepang sukses mengalahkan Swedia dengan skor 3-2, yang membuat olahraga ini makin dicintai publik Negeri Sakura. 

Namun sangat disayangkan, euforia masyarakat pada sepak bola itu harus tenggelam selama Perang Dunia II. Aktivitas olahraga, termasuk sepak bola, baik itu pertandingan atau turnamen daerah, terpaksa dihentikan pemerintah. 

Baca juga: Sorotan Media Asing usai Indonesia Dibantai Jepang: Kalah dengan Cara Brutal, PR Besar Bagi Kluivert

JFA juga dikeluarkan dari keanggotaan FIFA, yang kemudian tim-tim olahraga universitas dibubarkan oleh pemerintah pada 1943. 

Mirisnya lagi, bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 silam. Kehancuran yang melanda dua kota tersebut pun tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Semua hancur, termasuk infrastruktur dan trauma mendalam menyelimuti masyarakat. 

Kondisi dua kota luluh-lantak karena bom, ratusan ribu orang meninggal hitungan detik dan ratusan ribu lainnya mengalami keracunan radiasi, membuat Jepang harus mundur dan menyerah kepada AS dan sekutunya. Tidak hanya itu, seluruh negeri juga terdiam hening. 

Baca juga: Kalah 0-6 dari Jepang akan Buat Indonesia Lebih Kuat di Putaran Keempat, Begini Kata Joey Pelupessy

Hidupkan kembali sepak bola lewat institusi pendidikan

Langkah penting pasca-perang yaitu pada 1950, Jepang kembali menjadi anggota FIFA, menandai niatan mereka kembali ke panggung sepak bola global. 

Institusi pendidikan dijadikan sarana mengobarkan semangat masyarakat untuk kembali menghidupkan olahraga kulit bundar ini.

Titik balik signifikan bagi sepak bola Jepang datang di ajang Olimpiade Tokyo 1964. Mereka berhasil mencapai babak perempatfinal di turnamen ini.

Selain pencapaian tim nasional, ajang olahraga dunia ini menjadi momentum pemulihan ekonomi dan citra Jepang di mata internasional.

Mengutip soccerphile, prestasi tim nasional Jepang di Olimpiade 1964 pun mendorong dibentuknya Japan Soccer League (JSL) pada tahun 1965. Namun JSL saat itu masih bersifat semi-profesional, di mana para pemainnya adalah karyawan perusahaan yang bermain sepak bola di sela-sela pekerjaan utama mereka.

Sebagai federasi resmi, JFA terus berusaha membenahi sepak bola mereka, mulai dari pendidikan pelatih, pembentukan akademi di masing-masing klub, hingga terciptalah liga profesional bernama J-League pada tahun 1993.

Membangun liga profesional beserta akademi di masing-masing klub yang mengikuti kompetisi, sepak bola Jepang dibangun dari titik nol bahkan bisa dibilang minus jika mengingat peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki.

Prestasi Jepang di panggung internasional

Dengan ketahanan, disiplin, dan semangat juang yang tinggi yang terus ditanamkan, sepak bola Jepang kini menjadi sangat dominan. Tidak hanya di Asia, Jepang juga mulai menunjukkan taringnya di kancah internasional. 

Di level Piala Dunia, Jepang sudah lolos delapan kali berturut-turut sejak tahun 1998, termasuk kepastian tampil di Piala Dunia 2026. Adapun pencapaian terbaik Samurai Biru di Piala Dunia adalah mencapai babak 16 besar di edisi 2002, 2010, 2018 dan 2022. 

Pada edisi terakhir, yakni Piala Dunia 2022 di Qatar, penampilan Timnas Jepang benar-benar disorot oleh dunia internasional. Mereka berhasil mengalahkan Jerman dan Spanyol dengan skor 2-1 di fase grup. 

Meski terhenti di babak 16 besar usai kalah adu penalti dari Kroasia, performa seperti itu mengukuhkan klaim: ‘Jepang bukan lagi level Asia, tapi sudah mendunia’. 

Baca juga: 3 Cara Sepak Bola Bisa Maju, Jepang-Korsel Buktinya, Indonesia-Malaysia Pakai Cara Ketiga

Level sepak bola Jepang yang sudah mendunia tidak dibangun sehari atau sebulan. Tapi melewati proses panjang, dari reruntuhan perang hingga panggung Piala Dunia.

Perjalanan sepak bola Jepang merupakan cerminan dari ketahanan luar biasa sebuah bangsa untuk bertahan di masa-masa kelam dan semangat juang yang tinggi untuk kembali bangkit. 

Ambisi mereka kini tak main-main, yakni menjuarai Piala Dunia 2050 mendatang. Dengan budaya disiplin dan semangat juang yang tinggi, bukan tidak mungkin target tersebut menjadi kenyataan. 

Baca juga: Takjub pada Permainan Jepang, Patrick Kluivert Prediksi Banyak Negara akan Kesulitan Lawan Jepang

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved