Jumat, 3 Oktober 2025

Berita Viral

Kisah Pilu 'Layangan Putus', Mengapa Perempuan Mau Menjadi Pelakor? Begini Kata Psikolog Keluarga

Kisah pilu layangan putus bisa menjadi pelajaran, lantas mengapa pria bahagia bisa selingkuh? ini jawaban dari Psikolog keluarga

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
Facebook Mommi ASF, pengunggah cerita Layangan Putus
Bidik Layar Akun Facebook Mommi ASF 

TRIBUNNEWS.COM - Akhir pekan lalu, kisah pilu layangan putus hangat diperbincangkan masyarakat.

Bahkan hingga hari ini, Selasa (5/11/2019) pagi masih menjadi trending di Twitter Indonesia.

Layangan putus adalah kisah nyata dari Mommi ASF yang meninggalkan suaminya karena ada sosok istri baru.

Digambarkan oleh Mommi ASF, layangan putus menjadi analoginya untuk tidak bersikap seperti layangan putus yang kehilangan arah.

Judul Trending
Trending Twitter Indonesia pagi ini

Meski unggahan layangan putus sudah dihapus, namun warganet di lini masa media sosial masih penasaran untuk mengetahui kebenarannya.

Hujatan terus dilontarkan kepada istri baru sang mantan suami dari Mommi ASF.

Baca juga: Kata Psikolog Keluarga soal Kisah 'Layangan Putus', Kisah Sedih Ibu 5 Anak Suami Kepincut Pelakor

Baca juga: Kasus Kecelakaan Jungkook BTS Diklarifikasi Polisi, Netizen Korea Turut Memberikan Reaksi

Istri baru dari mantan suami Mommi ASF dianggap menjadi pelakor (perebut lelaki orang) dan dihujat oleh banyak warganet di sosial medianya.

Kata Psikolog

Sebenarnya apa motivasi seseorang menjadi pelakor?

Tribunnews.com menghubungi Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi, seorang Psikolog Keluarga untuk menanyakan mengapa seseorang mau menjadi pelakor.

Menurut Adib Setiawan, fenomena pelakor ini sebenarnya adalah fenomena yang secara umum manusia itu hakikatnya ingin mengejar kebahagiaan.

"Kadang kala kenapa seseorang tidak merasa bahagia karena seseorang merasa sendiri. Dalam hidup ini kan orang merasa sendiri, karena orang tuanya tidak memberikan kasih sayang yang cukup terhadap dia. Nah begitu ada laki-laki lain yang memperhatikan dia tentunya dia senang. Ditambah lagi keinginan dari laki-laki yang ingin mendekati dan memiliki dia," ujarnya pada Tribunnews.com Senin (4/11/2019).

Dalam cerita layangan putus yang viral, kebanyakan dari masyarakat menganggap penyebab perceraian adalah pihak ketiga atau si pelakor.

Namun menurut Adib Setiawan, bisa saja sang pelakor itu yang menjadi korban.

"Pelakor itu sebenarnya menurut saya bisa aja korban. Dalam situasi psikologis biasanya pelakor itukan kesepian, mungkin orang tuanya kurang memperhatikan sehingga dia mencari perhatian orang lain dan ketemulah dengan lelaki dan secara kebetulan orang itu sudah beristri," ujar Adib.

Cerita layangan putus bukan mencari siapa yang salah dan benar.

Namun bisa mencari sebagai pembelajaran untuk mengontrol keinginan yang menggebu tanpa memperhatikan resiko kedepan.

"Orang kalau sudah berkeinginan kan kadang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan. Kalau menurut saya yang salah itu pelaku di awal. Kalau dalam kasus layangan putus yang salah adalah suaminya. Karena suaminya ini akan mendekati pihak ketiga istilahnya pelakornya," jawab Adib.

Dilansir melalui Fatherly.com, menurut Survei Sosial Umum, sekitar 20 persen pria mengaku selingkuh, dibandingkan dengan 13 persen wanita.

Seorang ayah bisa menipu lebih sering.

Perkiraan ada sekitar 10 persen dari ekspetasi ayah itu berselingkuh pada istri mereka yang sedang hamil.

Ada alasan untuk percaya bahwa perlawanan pria terhadap godaan lebih kuat ketika dia baru menikah.

Lantas mengapa lelaki yang bahagia dengan pernikahannya bisa berselingkuh?

Beberapa orang mungkin selingkuh karena mereka tidak puas, tetapi, aturannya, pria tidak selingkuh karena mereka tidak bahagia.

Pria selingkuh karena mereka pikir mereka bisa lolos begitu saja dan karena mereka rela membiarkan diri mereka lolos dalam perselingkuhan begitu saja.

Selingkuh, anehnya, adalah perilaku yang dapat menyulitkan untuk menjadi ayah dan suami yang baik, tetapi juga perilaku yang tidak ada berkorelasi dengan cinta atau perhatian keluarga.

Baca juga: POPULER: Viral Video Satpam Tertibkan Pedagang Bakso dengan Kasar di Bekasi, Ini Faktanya

“Mereka berpikir, yah, saya hanya melakukan ini tetapi dengan segala cara saya dapat diandalkan, saya bertanggung jawab, saya berkomitmen, saya muncul, saya orang yang sangat baik. Itu hanya kecurangan,” Robert Weiss, seorang terapis dan penulis Out of the Doghouse: Panduan Penghematan Hubungan Langkah-demi-Langkah untuk Pria yang Tertangkap Selingkuh.

"Apa yang tidak mereka mengerti adalah bahwa wanita tidak berpikir seperti itu." tulis Robert Weiss.

Dalam pengalamannya menasihati pasangan yang telah dihancurkan oleh perselingkuhan, Weiss telah menemukan bahwa meskipun secara stereotip
dipandang baik untuk memperbaiki permasalahan, namun laki-laki hampir secara universal mengerikan dalam memperbaiki kerusakan pernikahan yang dilakukan karena perselingkuhan.

Berita baiknya adalah bahwa sebagian besar pria tidak merasa perlu berselingkuh untuk sakit hati yang mungkin ditimbulkan dari pasangan mereka - hal itu bisa diperbaiki melalui komunikasi yang sehat, dan yang lebih penting, berkelanjutan tentang kepercayaan, keintiman, dan peluang untuk godaan ketika mereka muncul. (*)

(Tribunnews.com/Inza Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved