Selasa, 7 Oktober 2025

Muslim dan Kristen Jaga Kampung saat Pemeluk Hindu Nyepi di Karanganyar Jateng

"Jangan sampai cahaya lampu rumah ke luar. Ini bentuk penghormatan kami kepada warga yang tengah menjalankan ibadah Nyepi".

Editor: Mohamad Yoenus

"Karena posisi rumah saya di bawah pura, kalau menyalakan lampu pasti kelihatan. Jadi, saya matikan agar kekhusukan umat Hindu yang tengah Nyepi terjaga," ujarnya.

Saat gerhana matahari, warga sempat bersembahyang agar fenomena alam ini tak memberi pengaruh buruk.

Seusai bersembahyang, ada pula yang menyaksikan gerhana matahari menggunakan kacamata ND5 sebelum melanjutkan tapa brata.

"Kami meminta Hyang Widi Wasa memberi ketentraman dalam kehidupan kami," kata Suwito, umat Hindu.

Bagi umat Hindu, Nyepi merupakan pergantian tahun menurut perhitungan kalender Hindu.

Nyepi kali ini menjadi pertanda pergantian Tahun Baru Saka 1938.

Saat Nyepi, mereka melaksanakan catur brata. Yakni, amati geni (tidak menyalakan lampu dan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mencari hiburan).

Dalam kesunyian ini lah diharapkan komunikasi dengan Hyang Widi sebagai Sang Pencipta, memberi pencerahan dalam diri umat.

Di Kemuning, jumlah pemeluk agama Hindu terbanyak kedua setelah Islam.

“Toleransi umat beragama di Kemuning cukup tinggi. Kami akan terus menjaga keberagaman ini sebagai pemersatu warga,” kata Kepala Desa Kemuning Widadi Nurwidyoko yang juga tokoh Hindu desa setempat. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved