Merawat Ketahanan Pangan Lewat Green House di Jantung Kota

Merawat Ketahanan Pangan Lewat Green House di Jantung Kota

Oleh: Dr Doddy Anwar ST MM,MT

Dosen Magister Arsitektur Univ Mercubuana

KAMI percaya, ketahanan pangan tidak harus menunggu lahan luas atau lokasi pedesaan. Bahkan di tengah kota seperti Jakarta Barat, semangat untuk menanam dan mandiri pangan bisa tumbuh—asal kita mau bergerak bersama.

Inilah yang menjadi alasan saya dan tim dari Universitas Mercu Buana turun langsung ke Meruya Selatan, menghadirkan solusi pertanian modern berupa green house sederhana.

Baca juga: Menengok Masjid-Masjid Go Green di Indonesia: Ibadah Khusyuk, Lingkungan Jadi Sejuk

Green house sederhana adalah versi mini atau low-budget yang dirancang untuk menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan tanaman. 

Meski bentuknya lebih simpel dan biayanya lebih terjangkau, ini cocok bagi yang tinggal di daerah perkotaan dengan lahan terbatas.

Program ini adalah bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang kami jalankan bersama Kelurahan Meruya Selatan, Jakarta Barat, Jakarta.

Bertempat di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Mahkota, Jl Perumahan Walikota, kami mulai membangun green house sebagai upaya meningkatkan hasil tanam warga yang selama ini masih terbatas akibat minimnya sarana pendukung.

Saya adalah bagian dari tim pelaksana yang terdiri dari empat orang dosen. Kegiatan ini kami jalankan di bawah koordinasi:

Ketua Tim:

Dr. Ir. Primi Artiningrum, M.Arch.

Anggota Tim:

 • Dr. Ir. Tin Budi Utami, M.T.
 • Dr. Doddy Anwar, S.T., M.M., M.T.
 • Dr. Ir. Joni Hardi, M.T.

Bersama-sama, kami merancang konsep green house yang sederhana, tetapi fungsional.

Salah satu kelebihannya adalah kemampuannya menciptakan lingkungan tanam yang lebih stabil—melindungi tanaman dari hujan ekstrem maupun panas berlebih yang selama ini sering menghambat hasil panen warga.

Yang paling berkesan bagi saya adalah bagaimana proses pembangunan ini benar-benar bersifat partisipatif.

Kami memulai dengan berdiskusi langsung dengan Lurah Meruya Selatan.

Setelah itu, kami menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan warga untuk menyempurnakan desain yang kami tawarkan: mulai dari site plan, denah bangunan, tampak, potongan, hingga visualisasi 3D.

Banyak warga menyambut baik dan memberikan masukan yang sangat membangun.

Lebih dari sekadar fasilitas tanam, green house ini kami harapkan bisa menjadi pusat pembelajaran pertanian urban.

Di sinilah warga bisa belajar teknik-teknik hidroponik, memahami konsep pertanian ramah lingkungan, dan—yang paling penting—menyadari bahwa pertanian bisa menjadi bagian dari gaya hidup urban masa kini.

Kami sangat berterima kasih kepada LPPM Universitas Mercu Buana yang mendanai kegiatan ini, dan tentu kepada warga Meruya Selatan yang telah menerima kami dengan tangan terbuka.

Semoga green house ini menjadi langkah awal menuju kemandirian pangan tingkat lokal—dan menumbuhkan semangat menanam, dari halaman rumah hingga jantung kota.